Kemanusiaan dalam Dimensi Religius dan Dimensi
Sosial
Metode
pendekatan memahami kemanusiaan dalam dunia keagamaan melalui jalur
fenomenologi agama. Penelitian fenomenologi agama menyelidiki tradisi
keagamaan. Hasil penyelidikan mencatat tradisi keagamaan adalah plural.
Realitas plural keagamaan melalui dialektika fenomenologi, dan berfungsi untuk
memahami perbedaan dimensi setiap keagamaan dalam pandangan dunia agama.
Penulis mengikuti pendapat Ninian Smart dalam tujuh dimensi agama: “1) the
ritual or practical dimension, 2) the doctrinal or philosophical dimension, 3)
the mythic or narrative dimension, 4) the experiential or emotional dimension, 5)
the ethical or legal dimension, 6) the organizational or social component, 7)
the material or artistic dimension”.
Pertama,
ritual sebagai dimensi praktis berada dalam kegiatan seperti penyembahan,
meditasi, ziarah, pengorbanan, ritus, sakramen, dan aktivitas penyembuhan.
Kedua, doktrin sebagai dimensi filosofi berfungsi membantu individu memahami
ajaran agama, dan eksistensi doktrin. Contoh doktrin kefanaan dalam tradisi
Buddha. Ketiga, mite sebagai dimensi naratif melalui cerita agama, dan histori
tradisi agama. Contoh cerita kehidupan, kematian, dan kebangkitan Kristus dalam
iman Kristen. Keempat, pengalaman sebagai dimensi emosional adalah signifikan
dalam sejarah agama, karena pengalaman bersifat visioner dan meditatif. Contoh
pencerahan dalam Buddha, visi nabi Muhammad dalam Islam, dan konversi Paulus
dalam Kristen. Kelima, etika sebagai dimensi legal dalam bentuk imperatif
seperti contoh perintah taurat dalam Yahudi ortodoks, dan syariat dalam Islam.
Perkembangan etika sebagai dimensi legal dalam nasional modern terdapat dalam
norma sipil dan aturan di sekolah. Keenam, organisasi sebagai komponen sosial
dalam spesialis agama seperti para imam, guru, rabi. Ketujuh, material sebagai
dimensi artistik berada dalam paham seni bangunan ibadah seperti gereja, dan
masjid. Pendapat Armin W. Geertz perihal studi agama: “The study of religion is
a theoretical project, exploring an academic construction called „religion‟,
which is informed by empirical evidence perceived in terms of a whole range of
ideas and assumptions. Religious ideas are connected to human emotional
systems. Religious ideas are primarily a function of the social mind. Religion
is not a cognitive illusion as such”.
Aspek
fundamental kognisi manusia adalah kesadaran, representasi, simbol, bahasa dan.
emosi. Lima tema kognisi dalam studi sosiologi agama adalah pertama, origins
dan evolutions; kedua, kesadaran dan pribadi; ketiga, naratif, kognisi, dan
budaya; keempat, linguistik kognisi; dan kelima, ritual dan kognisi. Orisinal
dan evolusi adalah evolusi kognisi dan budaya manusia sebagai contoh penelitian
Merlin Donald dalam Origins of Modern Mind adalah tiga fase transisi Homo
Erectus repsentasi mimetik ritual menari, dan gestur drama; Homo Sapiens:
bahasa, budaya mite (myth); mistik ke teori; evolusi biologi manusia.
Penelitian Terrence W. Deacon mengenai neurobiologi adalah seksual reproduksi;
seleksi seksual dan ritualisasi, perkawinan sebagai komunikasi simbolik.
Demonstrasi simbol sebagai fungsi agama adalah menjelaskan dunia jahat dan
penderitaan; ancaman kematian; keteraturan sosial moral masyarakat; ilusi. Kesadaran
dan pribadi: neural mapping: pikiran, pribadi, memori, sejarah, dan dunia.
No comments:
Post a Comment