Sunday, December 9, 2018

Kemanusiaan dalam Dimensi Religius dan Dimensi Sosial


Kemanusiaan dalam Dimensi Religius dan Dimensi Sosial
Metode pendekatan memahami kemanusiaan dalam dunia keagamaan melalui jalur fenomenologi agama. Penelitian fenomenologi agama menyelidiki tradisi keagamaan. Hasil penyelidikan mencatat tradisi keagamaan adalah plural. Realitas plural keagamaan melalui dialektika fenomenologi, dan berfungsi untuk memahami perbedaan dimensi setiap keagamaan dalam pandangan dunia agama. Penulis mengikuti pendapat Ninian Smart dalam tujuh dimensi agama: “1) the ritual or practical dimension, 2) the doctrinal or philosophical dimension, 3) the mythic or narrative dimension, 4) the experiential or emotional dimension, 5) the ethical or legal dimension, 6) the organizational or social component, 7) the material or artistic dimension”.
Pertama, ritual sebagai dimensi praktis berada dalam kegiatan seperti penyembahan, meditasi, ziarah, pengorbanan, ritus, sakramen, dan aktivitas penyembuhan. Kedua, doktrin sebagai dimensi filosofi berfungsi membantu individu memahami ajaran agama, dan eksistensi doktrin. Contoh doktrin kefanaan dalam tradisi Buddha. Ketiga, mite sebagai dimensi naratif melalui cerita agama, dan histori tradisi agama. Contoh cerita kehidupan, kematian, dan kebangkitan Kristus dalam iman Kristen. Keempat, pengalaman sebagai dimensi emosional adalah signifikan dalam sejarah agama, karena pengalaman bersifat visioner dan meditatif. Contoh pencerahan dalam Buddha, visi nabi Muhammad dalam Islam, dan konversi Paulus dalam Kristen. Kelima, etika sebagai dimensi legal dalam bentuk imperatif seperti contoh perintah taurat dalam Yahudi ortodoks, dan syariat dalam Islam. Perkembangan etika sebagai dimensi legal dalam nasional modern terdapat dalam norma sipil dan aturan di sekolah. Keenam, organisasi sebagai komponen sosial dalam spesialis agama seperti para imam, guru, rabi. Ketujuh, material sebagai dimensi artistik berada dalam paham seni bangunan ibadah seperti gereja, dan masjid. Pendapat Armin W. Geertz perihal studi agama: “The study of religion is a theoretical project, exploring an academic construction called „religion‟, which is informed by empirical evidence perceived in terms of a whole range of ideas and assumptions. Religious ideas are connected to human emotional systems. Religious ideas are primarily a function of the social mind. Religion is not a cognitive illusion as such”.
Aspek fundamental kognisi manusia adalah kesadaran, representasi, simbol, bahasa dan. emosi. Lima tema kognisi dalam studi sosiologi agama adalah pertama, origins dan evolutions; kedua, kesadaran dan pribadi; ketiga, naratif, kognisi, dan budaya; keempat, linguistik kognisi; dan kelima, ritual dan kognisi. Orisinal dan evolusi adalah evolusi kognisi dan budaya manusia sebagai contoh penelitian Merlin Donald dalam Origins of Modern Mind adalah tiga fase transisi Homo Erectus repsentasi mimetik ritual menari, dan gestur drama; Homo Sapiens: bahasa, budaya mite (myth); mistik ke teori; evolusi biologi manusia. Penelitian Terrence W. Deacon mengenai neurobiologi adalah seksual reproduksi; seleksi seksual dan ritualisasi, perkawinan sebagai komunikasi simbolik. Demonstrasi simbol sebagai fungsi agama adalah menjelaskan dunia jahat dan penderitaan; ancaman kematian; keteraturan sosial moral masyarakat; ilusi. Kesadaran dan pribadi: neural mapping: pikiran, pribadi, memori, sejarah, dan dunia.


No comments:

Post a Comment