Max
Weber (1864-1920) Konteks Persaudaraan dalam Etika Agama (A religious ethic of
brotherliness)
Persaudaraan
dalam etika agama menurut Weber bersifat irasional dan erotisme, khusus perihal
rasionalisasi keselamatan dalam agama. Prinsip persaudaraan dalam etika agama
cenderung radikal dan antagonis terhadap realita empiris, berikut pendapat
Weber: “a principled ethic of religious brotherthood is radically and
antagonistically opposed to all the value of eroticism. Weber notes that
prophetic and priestly religion have stood in “intimate relation with rational
intellectualism” because the “more „doctrine‟ a religion contains, the greater
is its need for rational apologetics”. The need for doctrine in prophetic and
priestly religion is based on the fact that there is basic contradiction
between the fundamental postulate of religion and the observed empirical
reality”.48 Penelitian Weber di Asia bahwa doktrin keagamaan bersifat non-kompetisi
etika dan reflektif, sedangkan di Eropa bersifat kompetisi etika dan produktif.
Pertanyaan Weber terhadap etika adalah apakah etika sebagai tanggung jawab atau
etika sebagai keyakinan, atau etika sebagai aturan
No comments:
Post a Comment