Pendekatan-pendekatan dalam Proses Pendidikan
Multikultural di Sekloah
Ada beberapa pendekatan dalam proses pendidikan
multikultural antara lain sebagai berikut :
Pertama, perubahan
paradigma dalam memandang pendidikan (education)
dengan persekolahan
(schooling)
atau
pendidikan multikultural dengan program-program sekolah formal. Pandangan yang
lebih luas mengenai pendidikan sebagai transmisi kebudayaan membebaskan
pendidik dari
asumsi bahwa tanggungjawab primer dalam mengembangkan kompetensi kebudayaan di
kalangan peserta didik. Hal ini semata-mata berada di tangan mereka dan justru
seharusnya
semakin banyak pihak yang bertanggungjawab karena program-program sekolah
terkait dengan
pembelajaran informal di luar sekolah.
Kedua, menghindari
pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan kelompok etnik. Yang dimaksud
adalah tidak perlu lagi mengasosiasikan kebudayaan semata-mata dengan
kelompokkelompok etnik sebagaimana yang terjadi selama ini. Secara tradisional,
para pendidik mengasosiasikan
kebudayaan hanya dengan kelompok-kelompok sosial yang relatif self sufficient
daripada dengan
sejumlah orang yang secara terus menerus dan berulang-ulang terlibat satu sama
lain dalam satu
atau lebih kegiatan. Dalam konteks pendidikan multikultural, pendekatan ini
diharapkan dapat
mengilhami para penyusun program-program pendidikan multikultural untuk
menghilangkan
kecenderungan memandang peserta didik secara stereotype menurut
identitas etnik mereka,
dan akan meningkatkan eksplorasi pemahaman yang lebih besar mengenai kesamaan
dan perbedaan
di kalangan peserta didik dari berbagai kelompok etnik.
Ketiga, karena
pengembangan kompetensi dalam suatu kebudayaan baru biasanya
membutuhkan interaksi inisiatif dengan orang-orang yang sudah memiliki kompetensi, bahkan dapat dilihat lebih jelas bahwa upaya-upaya untuk mendukung sekolah-sekolah yang terpisah secara etnik adalah antitesis terhadap tujuan pendidikan multikultural. Mempertahankan dan memperluas solidaritas kelompok adalah menghambat sosialisasi ke dalam kebudayaan baru. Pendidikan bagi pluralisme budaya dan pendidikan multikultural tidak dapat disamakan secara logis.
membutuhkan interaksi inisiatif dengan orang-orang yang sudah memiliki kompetensi, bahkan dapat dilihat lebih jelas bahwa upaya-upaya untuk mendukung sekolah-sekolah yang terpisah secara etnik adalah antitesis terhadap tujuan pendidikan multikultural. Mempertahankan dan memperluas solidaritas kelompok adalah menghambat sosialisasi ke dalam kebudayaan baru. Pendidikan bagi pluralisme budaya dan pendidikan multikultural tidak dapat disamakan secara logis.
Keempat, pendidikan
multikultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Adapun
kebudayaan mana yang akan diadopsi itu ditentukan oleh situasi yang ada disekitarnya.
Kelima, pendidikan
multikultural, baik dalam sekolah maupun luar sekolah meningkatkan kesadaran
tentang kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Kesadaran seperti ini akan
menjauhkan kita
dari konsep dwi budaya atau dikotomi antara pribumi dan non-pribumi. Dikotomi
semacam ini bersifat
membatasi individu untuk sepenuhnya mengekspresikan diversitas kebudayaan.
Pendekatan ini
meningkatkan kesadaran akan multikulturalisme sebagai pengelaman moral manusia.
Kesadaran ini
mengandung makna bahwa pendidikan multikultural berpotensi untuk menghindari
dikotomi dan
mengembangkan apresiasi yang lebih baik melalui kompetensi kebudayaan yang ada
pada diri peserta
didik. Dalam
kajian yang lebih spesifik dan mengarah pada pendidikan dan proses pendidikan,
pendidikan
multikultural dimaknai sebagai pendidikan yang didasari konsep kebermaknaan
perbedaan secara
unik pada tiap orang dan masyarakat. Kelas disusun dengan anggota kian kecil
sehingga tiap
peserta didik memperoleh peluang belajar semakin besar sekaligus menumbuhkan
kesadaran
kolektif di antara peserta didik. Pada tahap lanjut menumbuhkan kesadaran
kolektif
#selamat belajar, #semoga bermanfaat. #good luck.
No comments:
Post a Comment