Sekolah
Sebagai Tempat Pesemaian Nilai Multikulturalisme
Sebuah bangsa terbentuk apabila dalam kelompok manusia itu
terdapat nilai-nilai yang sama dan berkeinginan kuat untuk hidup bersama.
Nilai-nilai yang sama ini dapat benar-benar sama yang dapat berakar dari
kebudayaan yang lebih kurang sama, dapat pula berupa aspirasi untuk bersatu dengan
dilandasi realita bahwa dalam kesamaan dan kebersamaan itu pada hakikatnya
terdapat berbagai perbedaan. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan ditetapkan
asas yang dianut oleh suatu bangsa. Penetapan suatu asas yang akan dianut tentu
saja berdasarkan kesepakatan bersama antarkomponen penting dalam bangsa
tersebut.1 Penetapan untuk memilih suatu asas disesuaikan dengan realitas dalam
bangsa itu sendiri. Realitas suatu bangsa yang menunjukkan adanya kondisi
keanekaragaman budaya mengarahkan pada pilihan untuk menganut asas
multi-kulturalisme. Dalam asas multikulturalisme ada kesadaran bahwa bangsa itu
tidak tunggal, tetapi terdiri atas sekian banyak komponen yang berbeda.
Multikluturalisme menekankan prinsip tidak ada kebudayaan yang
tinggi, dan tidak ada kebudayaan yang rendah di antara keragaman budaya tersebut.
Semua kebudayaan pada prinsipnya sama-sama ada. Oleh karena itu, harus
diperlakukan dalam konteks duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Asas
itu pulalah yang diambil oleh Indonesia, yang kemudian dirumuskan dalam semboyan
bhineka tunggal ika. Pernyataan tersebut mengandung makna meskipun
berbeda-beda tetapi ada keinginan untuk tetap menjadi satu. Indonesia adalah
potret sebuah negeri yang memiliki keragaman budaya. Dalam pandangan
Koentjaraningrat Indonesia dapat disebut sebagai negara plural terlengkap di
dunia di samping Amerika. Di Amerika dikenal semboyan et pluribus unum,
yang mirip dengan bhineka tunggal ika, yang berarti banyak namun
hakikatnya satu.
Realitas historis menunjukkan bahwa bangsa Indonesia berdiri tegak
di antara keragaman budaya yang ada. Salah satu contoh nyata adalah dengan
dipilihnya bahasa Melayu sebagai akar bahasa persatuan yang kemudian berkembang
menjadi bahasa Indonesia. Dengan kesadaran yang tinggi semua komponen bangsa
menyepakati sebuah konsensus bersama untuk menjadikan bahasa Melayu sebagai
bahasa persatuan yang dapat mengatasi sekaligus menjembatani jalinan antarkomponen
bangsa.
#selamat belajar
No comments:
Post a Comment