Paparan
problematika ini dapat dijadikan khazanah pengetahuan, guna mewujudkan
pendidikan yang berkualitas melalui implementasi tiga aspek di atas.
Permasalahan yang dikemukakan merupakan latar belakang dari
penelitian-penelitian yang telah dilakukan, antara lain:
Pertama, sekolah/ madrasahyang unggul
mampu mengelola budaya sekolah dengan baik. Budaya tersebut, dapat
meminimalisir tindak negatif di kalangan remaja, seperti tawuran,
penyalahgunaan narkotika, dan lain sebagainya. Tentu, pengelolaan budaya
tersebut tidak mudah. Selain itu, penguatan sains dan pengembangan life
skills juga termasuk di dalam pengelolaannya. Bagaimana mewujudkan siswa
yang berkarakter dan dapat hidup di masyarakat setelah lulus? Tentu karena
bekal kompetensi-kompetensi yang telah dimilikinya saat menempuh pendidikan di
sekolah/ madrasah.
Kedua, pembentukan budaya disiplin
di sekolah sangat diperlukan dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan. Sekolah/ madrasah
masih minim melaksanakannya. Pasalnya, sekolah/ madrasahbanyak yang lebih
mengutamakan aspek pengetahuan peserta didik dan mengabaikan pembentukan sikap.
Banyak faktor yang menyebabkan budaya disiplin di sekolah tidak kondusif,
antara lain: lemahnya kepemimpinan kepala sekolah, lemahnya implementasi tata
tertib, belum optimalnya proses sosialisasi budaya disiplin,minimnya usaha
penanaman nilai disiplin di sekolah, disiplin kerja guru masih rendah, dan belum
efektifnya pemberian reward dan punishment.
Ketiga, keterbatasan SDM yang berkualitas
merupakan akar dari persoalan bangsa kita dewasa ini. Salah satu sarana untuk
mewujudkan upaya pengembangan SDM tersebut yaitu melalui pendidikan.Guru
merupakan komponen yang paling menentukan dan pemegang peranan penting dalam
proses belajar mengajar.Menjadi guru merupakan profesi yang sangat berat dan
hanya bisa dilakukan oleh guru yang kompeten dan ahli dibidangnya. Namun
realitanya,
saat ini masih banyak guru yang belum mampu mengelola proses pembelajaran di
kelas dengan baik. Faktornya, antara
lain: 1) Mayoritas sekolah yang tidak memiliki program pengembangan kompetensi
guru; 2) Sekolah kurang melakukan perencanaan terhadap pengembangan kompetensi
guru; 3) Lemahnya pembinaan kepala sekolah terhadap kompetensi guru; 4) Rendahnya
motivasi guru untuk mengembangkan kompetensi yang dimilikinya; dan 5) Belum
maksimalnya evaluasi yang dilakukan kepala sekolah dalam mengembangkan
kompetensi pedagogik guru.
Keempat, beban pembiayaan pendidikan diringankan oleh adanya BOS
(Biaya Operasional Sekolah), yang merupakan hasil pengurangan subsidi BBM oleh
pemerintah sejak tahun 2005. Alokasi dana BOS sesuai dengan RAPBS, seperti
pengadaan buku LKS, kegiatan mid dan ujian semester serta uang SPP bulanan bagi
yatim dan dhu’afa. Meskipun demikian, peran
BOS untuk menyelenggarakan pendidikan gratis secara total, belum dapat
dilaksanakan karena sebagian besar dana digunakan untuk mencukupi honor guru
swasta dan biaya operasional lain.
Kelima, praktik pendidikan tidak hanya berbentuk formal, namun
juga terdapat non-formal dan informal. Ketiganya memiliki karakterisik
masing-masing. Salah satu alternatif pilihan bagi masyarakat adalah Homeschooling.
Banyak faktor pendiriannya, seperti: adanya ketidakpuasan masyarakat (orang
tua) dengan pendidikan sekolah formal mulai dari guru yang kurang memperhatikan
keadaan psikologis siswa karena jumlah siswa dalam 1 kelas yang terlampau
banyak, fasilitas di sekolah yang kurang memadai, guru kurang menguasai materi
pelajaran hingga metode pembelajaran yang monoton dari tahun ke tahun, atau
bahkan karena hal lainnya. Praktik homeschooling sendiri tidak hanya
memiliki banyak manfaat, namun juga kelemahan-kelemahan. Meskipun demikian,
demi menciptakan pendidikan berkualitas melalui homeschooling diperlukan
inovasi, penguatan, dan ketepatan dalam merancang kurikulum. Artinya, meskipun
bukan tergolong sekolah formal, namun tetap harus merancang dan mengembangkan
kurikulumnya.
Keenam, terjadi kesenjangan gender dalam berbagai bidang,
khususnya pendidikan. Perempuan memiliki peran yang tidak kalah penting dengan
laki-laki, baik dalam kehidupan keluarga maupun bermasyarakat. Dengan demikian,
perempuan dituntut berpendidikan dan berketerampilan. Ide mendirikan lembaga
pendidikan khusus putri dengan tujuan melahirkan ibu pendidik yang terampil dan
pandai berwirausaha sangat relevan dari dulu hingga sekarang.
Ketujuh, pencapaian empat kompetensi bagi calon guru adalah hal
yang mutlak. Tidak mudah melahirkan calon guru kompeten. Selain faktor mutu
masukan mahasiswa LPTK, mutu proses pembelajaran teori dan praktik di kampus
dan PPL sangat penting bagi pembentukan calon guru kompeten. PPL
keguruan adalah satu cara yang harus ditempuh oleh mahasiswa calon guru agar
menjadi guru profesional. Model PPL di setiap LPTK sangat beragam, baik dari
sisi lama waktu maupun ruang lingkup PPL.
Dengan demikian, LPTK perlu menyusun kurikulum dengan baik, khususnya dalam
program PPL.
Kedelapan, dosen memiliki tiga tugas utama, yakni pengajaran,
penelitian, dan pengabdian masyarakat. Diantara
indikator PT kelas dunia adalah kuantitas dan kualitas penelitian yang
dilakukan dosen. Karena
itu, PT harus mendesain program yang mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas
penelitian dosen, sehingga bisa diakui secara nasional dan internasional. Meskipun demikian, tingkat kesadaran dosen untuk
melakukan penelitian masih minim dengan didukung melalui beberapa data dalam
penelitian.
Kesembilan, program studi keagamaan adalah tempat untuk melahirkan
para ahli agama atau ulama. Terjadi degradasi jumlah peminat program studi
keagamaan di UIN dibandingkan program studi umum. Terlebih UIN sendiri, mayoritas
menggunakan nama Walisongo. Sebagaimana diketahui bahwa dakwah Walisongo jelas
bertujuan islamisasi tanah Jawa, mencetak kader ulama, dan menghiasi masyarakat
dengan karakter islami. Fakultas-fakultas keagamaan di UIN yang merupakan
kontinuitas perjuangan dakwah Walisongo menghadapi tantangan berat saat ini.
Sembilan permasalahan pokok di
atas, menjadi konsen dalam penelitian penulis—sebagaimana tecermin dalam
bab-bab buku ini. Melalui penelitian pustaka atau studi konten dan penelitian
lapangan jawaban atas permasalahan-permasalahan di atas diharapkan memperkaya khazanah
keilmuan manajemen pendidikan Islam dan menjadi panduan atau pertimbangan
pengelola dan pejabat pendidikan tingkat lokal maupun nasional.
No comments:
Post a Comment