Tuesday, October 30, 2018

berbagai problematika praktik pendidikan. Sudut pandang pengkajiannya adalah bidang Manajemen Pendidikan.


Paparan problematika ini dapat dijadikan khazanah pengetahuan, guna mewujudkan pendidikan yang berkualitas melalui implementasi tiga aspek di atas. Permasalahan yang dikemukakan merupakan latar belakang dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan, antara lain:
Pertama, sekolah/ madrasahyang unggul mampu mengelola budaya sekolah dengan baik. Budaya tersebut, dapat meminimalisir tindak negatif di kalangan remaja, seperti tawuran, penyalahgunaan narkotika, dan lain sebagainya. Tentu, pengelolaan budaya tersebut tidak mudah. Selain itu, penguatan sains dan pengembangan life skills juga termasuk di dalam pengelolaannya. Bagaimana mewujudkan siswa yang berkarakter dan dapat hidup di masyarakat setelah lulus? Tentu karena bekal kompetensi-kompetensi yang telah dimilikinya saat menempuh pendidikan di sekolah/ madrasah.
Kedua, pembentukan budaya disiplin di sekolah sangat diperlukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Sekolah/ madrasah masih minim melaksanakannya. Pasalnya, sekolah/ madrasahbanyak yang lebih mengutamakan aspek pengetahuan peserta didik dan mengabaikan pembentukan sikap. Banyak faktor yang menyebabkan budaya disiplin di sekolah tidak kondusif, antara lain: lemahnya kepemimpinan kepala sekolah, lemahnya implementasi tata tertib, belum optimalnya proses sosialisasi budaya disiplin,minimnya usaha penanaman nilai disiplin di sekolah, disiplin kerja guru masih rendah, dan belum efektifnya pemberian reward dan punishment.
Ketiga, keterbatasan SDM yang berkualitas merupakan akar dari persoalan bangsa kita dewasa ini. Salah satu sarana untuk mewujudkan upaya pengembangan SDM tersebut yaitu melalui pendidikan.Guru merupakan komponen yang paling menentukan dan pemegang peranan penting dalam proses belajar mengajar.Menjadi guru merupakan profesi yang sangat berat dan hanya bisa dilakukan oleh guru yang kompeten dan ahli dibidangnya. Namun realitanya, saat ini masih banyak guru yang belum mampu mengelola proses pembelajaran di kelas dengan baik. Faktornya, antara lain: 1) Mayoritas sekolah yang tidak memiliki program pengembangan kompetensi guru; 2) Sekolah kurang melakukan perencanaan terhadap pengembangan kompetensi guru; 3) Lemahnya pembinaan kepala sekolah terhadap kompetensi guru; 4) Rendahnya motivasi guru untuk mengembangkan kompetensi yang dimilikinya; dan 5) Belum maksimalnya evaluasi yang dilakukan kepala sekolah dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru.
Keempat, beban pembiayaan pendidikan diringankan oleh adanya BOS (Biaya Operasional Sekolah), yang merupakan hasil pengurangan subsidi BBM oleh pemerintah sejak tahun 2005. Alokasi dana BOS sesuai dengan RAPBS, seperti pengadaan buku LKS, kegiatan mid dan ujian semester serta uang SPP bulanan bagi yatim dan dhu’afa. Meskipun demikian, peran BOS untuk menyelenggarakan pendidikan gratis secara total, belum dapat dilaksanakan karena sebagian besar dana digunakan untuk mencukupi honor guru swasta dan biaya operasional lain.
Kelima, praktik pendidikan tidak hanya berbentuk formal, namun juga terdapat non-formal dan informal. Ketiganya memiliki karakterisik masing-masing. Salah satu alternatif pilihan bagi masyarakat adalah Homeschooling. Banyak faktor pendiriannya, seperti: adanya ketidakpuasan masyarakat (orang tua) dengan pendidikan sekolah formal mulai dari guru yang kurang memperhatikan keadaan psikologis siswa karena jumlah siswa dalam 1 kelas yang terlampau banyak, fasilitas di sekolah yang kurang memadai, guru kurang menguasai materi pelajaran hingga metode pembelajaran yang monoton dari tahun ke tahun, atau bahkan karena hal lainnya. Praktik homeschooling sendiri tidak hanya memiliki banyak manfaat, namun juga kelemahan-kelemahan. Meskipun demikian, demi menciptakan pendidikan berkualitas melalui homeschooling diperlukan inovasi, penguatan, dan ketepatan dalam merancang kurikulum. Artinya, meskipun bukan tergolong sekolah formal, namun tetap harus merancang dan mengembangkan kurikulumnya.
Keenam, terjadi kesenjangan gender dalam berbagai bidang, khususnya pendidikan. Perempuan memiliki peran yang tidak kalah penting dengan laki-laki, baik dalam kehidupan keluarga maupun bermasyarakat. Dengan demikian, perempuan dituntut berpendidikan dan berketerampilan. Ide mendirikan lembaga pendidikan khusus putri dengan tujuan melahirkan ibu pendidik yang terampil dan pandai berwirausaha sangat relevan dari dulu hingga sekarang.
Ketujuh, pencapaian empat kompetensi bagi calon guru adalah hal yang mutlak. Tidak mudah melahirkan calon guru kompeten. Selain faktor mutu masukan mahasiswa LPTK, mutu proses pembelajaran teori dan praktik di kampus dan PPL sangat penting bagi pembentukan calon guru kompeten. PPL keguruan adalah satu cara yang harus ditempuh oleh mahasiswa calon guru agar menjadi guru profesional. Model PPL di setiap LPTK sangat beragam, baik dari sisi lama waktu maupun ruang lingkup PPL. Dengan demikian, LPTK perlu menyusun kurikulum dengan baik, khususnya dalam program PPL.
Kedelapan, dosen memiliki tiga tugas utama, yakni pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Diantara indikator PT kelas dunia adalah kuantitas dan kualitas penelitian yang dilakukan dosen. Karena itu, PT harus mendesain program yang mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas penelitian dosen, sehingga bisa diakui secara nasional dan internasional. Meskipun demikian, tingkat kesadaran dosen untuk melakukan penelitian masih minim dengan didukung melalui beberapa data dalam penelitian.
Kesembilan, program studi keagamaan adalah tempat untuk melahirkan para ahli agama atau ulama. Terjadi degradasi jumlah peminat program studi keagamaan di UIN dibandingkan program studi umum. Terlebih UIN sendiri, mayoritas menggunakan nama Walisongo. Sebagaimana diketahui bahwa dakwah Walisongo jelas bertujuan islamisasi tanah Jawa, mencetak kader ulama, dan menghiasi masyarakat dengan karakter islami. Fakultas-fakultas keagamaan di UIN yang merupakan kontinuitas perjuangan dakwah Walisongo menghadapi tantangan berat saat ini.
Sembilan permasalahan pokok di atas, menjadi konsen dalam penelitian penulis—sebagaimana tecermin dalam bab-bab buku ini. Melalui penelitian pustaka atau studi konten dan penelitian lapangan jawaban atas permasalahan-permasalahan di atas diharapkan memperkaya khazanah keilmuan manajemen pendidikan Islam dan menjadi panduan atau pertimbangan pengelola dan pejabat pendidikan tingkat lokal maupun nasional.


No comments:

Post a Comment