Tuesday, October 30, 2018

PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA SISWI DI SEKOLAH TEORI SERTA PENJELASANNYA


Sekolahmerupakan tempat yang bisa mengembangkan karakter/ budaya, pengetahuan, dan keterampilan siswa melalui kurikulum yang dijalankan secara baik dan konsisten. Pendidikan dan pembelajaran bertujuan melahirkan siswa yang kompeten. Jarvis (1983: 35) mengungkapkan tiga elemen kompetensi, yaitu: 1) pengetahuan dan pemahaman, mencakup disiplin akademik, elemen psikomotor, hubungan interpersonal, dan nilai-nilai moral; 2) keterampilan-keterampilan, mencakup melaksanakan prosedur-prosedur yang bersifat psikomotorik dan berinteraksi dengan orang lain; dan 3) sikap-sikap profesional, mencakup pengetahuan tentang profesionalisme, komitmen emosi terhadap profesionalisme, dan kesediaan untuk bertindak secara profesional.
Lebih lanjut UNESCO (Delors, 1997) menekankan pentingnya empat pilar yang harus dilakukan dalam semua proses pendidikan, yaitu: belajar untuk mengetahui (learning to know); belajar untuk berbuat (learning to do); belajar untuk mandiri (learning to be); dan belajar untuk hidup bersama (learning to live together).
Survey yang dilakukan oleh Harvard Seminar Participans mengenai keinginan dan kebutuhan warga USA terhadap pendidikan umum atau sekolah-sekolah di Amerika Serikat menunjukkan hasil: 16 persen ilmu pengetahuan, 32 persen keterampilan, dan 52 persen nilai, (Reeves, 2002: 76). Di samping cerdas dan terampil, keluaran sekolah harus berakhlak.
Henderson (1960: 114) menulis, “We can find the basis for morality in our own natures, in the conduct necessary to realize our best potentialities and the kind of society in which man could live as man”. Peserta didik pada dasarnya mengetahui nilai-nilai moral, tugas pendidik adalah menguatkan dan membimbing mereka agar cenderung pada kebaikan, menghindari dan mencegah keburukan.
MANSA merumuskan nilai-nilai keunggulan, yaitu: UngguL, ILmiah, AmaLiyah, IBAdah dan Bertanggungjawab (ULIL ALBAB). Pembentukan karakter/budaya dilakukan melalui kurikulum dan pembiasaan, baik melalui kegiatan rutin, spontan, maupun keteladanan, serta kegiatan yang terprogram.
Madrasah ini menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Pendidikan karakter terintegrasi dalam kurikulum MANSA, tepatnya dalam setiap mata pelajaran. Penanaman karakter diintegrasikan kedalam setiap materi pelajaran. Materi pelajaran dan kegiatan pembelajaran mengandung nilai tertentu yang diupayakan bisa dimiliki oleh siswa. Strategi pembelajaran dilakukan dengan berbasis masalah, kerjasama, dan kerja. Proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode Aktif, Interaktif, Komunikatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM).
Kurikulum harus sejalan dengan budaya dan karakter bangsa. Mata Pelajaran Muatan Lokal yang diajarkan adalah Bahasa Jawa, Bahasa Perancis, Kewirausahaan, dan Karya Tulis Ilmiah (KTI). Kecuali itu, MANSA juga memberikan pelajaran tambahan kepada para siswa dan guru, seperti pelatihan pemadam kebakaran, workshop anti narkoba, dan seminar persahabatan.
Para pengembang kurikulum harus memerhatikan aspek moral, seperti ditulis John D. McNeil (1977: 213-4), “People are becoming increasingly aware that without a moral base, no governmental, technological, or material approach to these issues will suffice. Hence, curriculum developers, too, are animated by an undercurrent of moral concern”. Penanaman nilai bisa dilakukan melalui pengintegrasian nilai ke dalam kurikulum. Karena itu, para guru harus diberi pemahaman atau pelatihan tentang cara mengintegrasikan nilai tersebut ke dalam setiap materi pelajaran. Dengan demikian, guru berada di garda depan penyadaran dan pengembangan nilai.

No comments:

Post a Comment