Generasi
masa depan kita bisa mengubah keadaan tersebut lebih baik dari sebelumnya.
Keluaran dari orang yang memiliki life
skills adalah teamwork, self-esteem,
learning from each other, confidence, etc (Hanbury, 2008: 10). Karena life skills kita lemah—sebagaimana
dijelaskan di atas, maka kita tidak memiliki: kerja tim, harga diri, jiwa
belajar, dan percaya diri.
Seharusnya
pemerintah dan DPR bekerjasama membangun negeri demi kesejahteraan rakyat,
namun mereka bekerja untuk kepentingan partai dan jaringannya. Kue besar APBN
dan APBD dibagi-bagi antar partai pemenang pemilu. Lihat saja bagaimana formasi
menteri pembantu Presiden kita; gambaran sempurna bagi-bagi kue kekuasaan.
Pertimbangannya sangat politis bukan dasar profesionalitas.
Mereka
melakukan apa pun cara untuk berkuasa. Petinggi partai, pejabat, pemerintah,
dan DPR korupsi berjamaah. Suap-menyuap dalam kasus pilkada dan pejabat yang
semuanya berakhir di penjara menandakan hilangnya harga diri (self-esteem) mereka. Meraih jabatan
dengan pengorbanan materi dengan harapan meraih materi lebih banyak lagi
setelah berkuasa. Pemimpin, wakil rakyat, dan pejabat seperti inikah yang
memiliki harga diri itu?
Lalu,
bagaimana bangsa ini seolah tidak pernah belajar kepada kemajuan bangsa lain?
Bagaimana Negara yang memiliki sumber daya alam yang kaya—daratan dan
lautan—bisa kalah maju dari Singapura, Korea Selatan, dan Jepang. BBM, beras,
daging, dan gula, semuanya mengandalkan impor. Apa kita memang bangsa yang
tidak pernah belajar dari kemajuan bangsa lain?
Murid-murid
dan guru kita juga terkenal rendah diri atau tidak percaya diri. Malu bertanya
dan menjawab pertanyaan guru, sedangkan guru pasif saat mengikuti pelatihan.
Sedikit murid kita yang punya mimpi besar, seperti bisa sekolah di luar negeri
karena guru tidak memotivasi dan membesarkan hati murid.
Pertanyaannya,
mengapa masyarakat kita lemah dalam life
skills? Karena sekolah hanya menjalankan pembelajaran bukan pendidikan. Di
rumah dan di masyarakat kering nilai-nilai pendidikan. Sangat sulit mencari tokoh
teladan di negeri ini. Maka, life skills sangat penting menjadi agenda utama
sekolah dan perguruan tinggi. Life skills
are generic skills, relevant to many diverse experiences throughout life (WHO,
1999: 5).
No comments:
Post a Comment