Tuesday, October 30, 2018

PENGEMBANGAN LIFE SKILLS VOKASIONAL DI SEKOLAH TEORI PRAKTIK DAN APLIKASI DI SEKOLAH


Masalah dan tantangan hidup saat ini jauh lebih kompleks dan berat daripada masa-masa sebelumnya. Hal ini dikarenakan daya saing di dunia kerja sangat ketat dan kebutuhan hidup yang semakin mahal atau tinggi, sehingga memerlukan ketahanan mental dan jiwa kreatif yang tinggi. Jika tidak dibekali dengan life skill—melalui pembelajaran dan pengalaman di sekolah dan masyarakat, maka alumni Madrasah akan menjadi pengangguran dan tidak menutup kemungkinan menjadi benalu bagi masyarakat sekitarnya.
Dalam rangka menyiapkan lulusan yang terampil dan mandiri, madrasah harus menyediakan ekstrakurikuler dan/atau jurusan yang bisa membekali siswa keterampilan khusus, terutama bagi siswa-siswa dari kalangan tidak mampu yang tidak akan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.
Penguasaan keterampilan khusus bisa menjadi modal yang besar bagi lulusan madrasah untuk mandiri dan mengembangkan potensinya lebih besar lagi, baik dengan jalan menjadi pekerja atau berwirausaha sesuai dengan kompetensinya.
Disamping kecerdasan intelektual, siswa dididik memiliki kecerdasan emosional; hard skills dan soft skills. Kecerdasan intelektual dan emosional, dan hard skills dan soft skills identik dengan life skills. Hidup berisi kebahagiaan juga kesedihan; hidup menawarkan kemudahan tapi tidak sedikit kesulitan. Kekuatan emosional itulah yang bisa menuntun manusia tetap tegar meski kesedihan dan kesulitan menghampirinya.
Siswa perlu diajarkan life skills sejak dini. Adapun definisi life skills menurut WHO adalah abilities that help us to adapt and behave positively so that can deal effectively with the challenges of everyday life (Hanbury, 2008: 9). Tantangan hidup siap menanti generasi muda sehingga diperlukan usaha sadar dari orangtua, sekolah, dan masyarakat untuk membekali mereka dengan keterampilan hidup sedini mungkin.
Ada lima area dasar life skills yang relevan diterapkan dalam budaya manapun (Department of Mental Health WHO, 1999: 1): 1) Decision-making and problem-solving; 2) Creative thinking and critical thinking; 3) Communication and interpersonal skills; 4) Self-awareness and empathy; dan 5) Coping with emotion and coping with stress.
Bagaimana keterampilan masyarakat kita dalam lima aspek di atas? Lihat bagaimana kita mengelola dan mengatasi kemacetan dan banjir di jalan raya yang tidak menunjukkan tanda-tanda segera teratasi. Bagaimana pengambilan keputusan dan pemecahan masalah di DPR dan DPRD terkait hal tersebut? Kita menolak banjir namun di kota tumbuh subur bangunan mall dan apartemen, dan di kawasan puncak tumbuh pesat bangunan hotel dan villa. Kita menolak kemacetan namun kredit motor dan mobil dipermudah; kepemilikan kendaraan bermotor dibiarkan tumbuh tanpa kendali.
Bagaimana dengan kreativitas masyarakat kita? Hingga kini kita dikenal sebagai bangsa konsumen bukan produsen. Mobil, motor, dan telepon semua hasil karya bangsa lain.Kita bangsa penikmat bukan bangsa pencipta. Bahkan kita kalah dengan Korea Selatan dan Malaysia. Masyarakat kita juga mudah ditipu oleh calon anggota legislatif hanya dengan sedikit rupiah dan dibumbui dengan janji-janji palsu. Daya kritis mereka tumpul dengan memilih calon yang tidak kompeten dan tidak berintegritas.         
Keterampilan komunikasi dan empati para politisi, pengacara, dan tokoh masyarakat juga lemah. Pada acara Indonesian Lawyer Club (ILC) di sebuah stasiun televisi swasta sering terlihat bagaimana kualitas komunikasi dan empati mereka terhadap lawan bicara. Misalnya, memotong lawan bicara, berbicara kasar dan keras, dan tidak menghargai pendapat orang lain.
Emosi masyarakat kita mudah tersulut sehingga terjadi tawuran; penuh dendam dan amarah. Pelajar dan mahasiswa terlibat tawuran menaun; kekerasan senior terhadap yunior terjadi di Perguruan Tinggi ikatan dinas. Demikianlah gambaran buram masyarakat kita yang menunjukkan pentingnya pendidikan life skills di sekolah-sekolah. Sedari dini mereka harus dikenalkan betapa kehidupan di luar sana penuh tantangan yang tak mudah ditaklukkan. Musuh mereka bukan senjata pistol dan meriam tetapi emosi dan cara berpikir masyarakat yang tak kunjung dewasa dan terdidik.

No comments:

Post a Comment