Kotter dan Heskett, dikutip oleh Tika (2012: 19) menyatakan bahwa
budaya organisasi
yangdiciptakan oleh manajemen puncak diimplementasikan menjadi visi/filosofi
atau strategi bisnis.
Selain siswa,
guru-guru juga memiliki standar-standar yang harus dipatuhi. Standar-standar
tersebut berasal dari dinas dan juga kesepakatan bersama para guru.
Standar-standar untuk guru dan siswa ditempel di beberapa titik, di antaranya
di depan ruang guru, seperti foto standar guru dan siswa. Menurut Kreitner dan
Kinicki, fungsi budaya organisasi adalah memfasilitasi komitmen kolektif.
Anggota organisasi mempunyai komitmen bersama tentang norma-norma dalam
organisasi yang harus diikuti dan tujuan bersama yang harus dicapai (Daryanto
dan Farid, 2013: 220; Wibowo, 2013: 49-52).
Tata tertib siswa
sangat banyak, di antaranya: ketentuan pakaian seragam sekolah, ketentuan
kegiatan ekstrakurikuler,
dan lainnya yang menunjang disiplin siswa. Sedangkan standar-standar untuk guru
juga disesuaikan berdasarkan tugas pokok dan fungsinya, seperti: standar
kinerja guru, standar pakaian seragam guru, standar kinerja wali kelas, dan
lain-lain.
Selain
standar-standar guru dan siswa, ditempel juga berbagai macam motto, contoh seragam
siswa yang baik, dan simbol-simbol lainnya yang secara tidak langsung dapat
mendukung pembentukan budaya disiplin di sekolah. Menurut Wiyani (2012: 139),
“Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat antar anggota
masyarakat sekolah saling berinterkasi. Interaksi tersebut terikat oleh
berbagai aturan, norma serta etika bersama yang berlaku di sekolah.”
No comments:
Post a Comment