Tuesday, October 30, 2018

STANDAR SARANA DAN PRASARANA SATUAN PENDIDIKAN INDONESIA SESUAI DENGAN JENJANG PENDIDIKAN


Gardner dan Cowell (1995: 35) berpendapat, “Sumber belajar dimaksud termasuk juga perlengkapan mengajar yang dimanfaatkan guru untuk mengajar. Perlengkapan berarti semua barang di sekolah yang dapat digunakan untuk membantu guru mengajar”. Tidak hanya bola dunia, peta, chart, diagram, gambar, model, dan alat atau beraneka macam alat bantu belajar, melainkan juga buku, baik buku teks maupun buku perpustakaan, dan laboratorium fisika, kimia, dan biologi yang memadai dan nyaman.
Banyaknya perlengkapan mengajar yang dimiliki sekolah bukanlah petunjuk yang memadai untuk menilai baik tidaknya suatu sekolah. Sekolah dengan banyak perlengkapan dapat saja dikatakan sebagai sekolah buruk jika perlengkapannya tidak digunakan sama sekali. Gardner dan Cowell (1995: 35) menyatakan, “Sekolah dengan perlengkapan yang sedikit masih dapat dikatakan sangat efektif apabila para guru dan siswa memakainya secara inteligen dan apabila dapat membantu anak-anak agar dapat memahami pelajaran lebih baik”.
Hal ini menunjukkan pentingnya manajemen sekolah memfasilitasi para guru dengan sebuah program pelatihan singkat tentang bagaimana menggunakan sapras (termasuk perlengkapan mengajar) secara efektif dan efisien. Dengan demikian, guru bisa memanfaatkan sapras dan perlengkapan yang tersedia di sekolah dengan sebaik-baiknya.
Standar sarana dan prasarana sekolah, hingga saat ini belum terpenuhi. Fasilitas-fasilitas dasar sekolah yang mesti dipenuhi untuk tingkat SD, antara lain, adalah ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah, tempat beribadah, jamban, dan olahraga, dan laborartorium IPA.
Di tingkat SMP ditambah konseling, organisasi kesiswaan, dan tata usaha. Ada pun di tingkat SMA prasarana laboratorium mesti lengkap, yakni laboratorium Fisika, Kimia, Biologi, komputer, dan bahasa.
Berdasarkan data Depdiknas tahun 2008, baru 32 persen SD memiliki perpustakaan, sedangkan di SMP 63,3 persen. Pada jenjang SMA keberadaan perpustakaan di SMA negeri mencapai 80 persen, di SMA swasta 60 persen, serta di SMK 90 persen. SMA negeri yang punya laboratorium multimedia 80 persen, sedangkan SMA swasta 50 persen. Yang punya laboratorium IPA lengkap (Fisika, Biologi, dan Kimia) sudah 80 persen. Kondisi memprihatinkan terjadi di SMA swasta karena yang punya tiga laboratorium IPA baru 10 persen dan yang dua laboratorium IPA 30 persen (Kompas, 22 Oktober 2009).

No comments:

Post a Comment