Gardner
dan Cowell (1995: 35) berpendapat, “Sumber belajar dimaksud termasuk juga
perlengkapan mengajar yang dimanfaatkan guru untuk mengajar. Perlengkapan
berarti semua barang di sekolah yang dapat digunakan untuk membantu guru
mengajar”. Tidak hanya bola dunia, peta, chart, diagram, gambar, model,
dan alat atau beraneka macam alat bantu belajar, melainkan juga buku, baik buku
teks maupun buku perpustakaan, dan laboratorium fisika, kimia, dan biologi yang
memadai dan nyaman.
Banyaknya perlengkapan mengajar yang dimiliki sekolah
bukanlah petunjuk yang memadai untuk menilai baik tidaknya suatu sekolah.
Sekolah dengan banyak perlengkapan dapat saja dikatakan sebagai sekolah buruk
jika perlengkapannya tidak digunakan sama sekali. Gardner dan Cowell (1995: 35)
menyatakan, “Sekolah dengan perlengkapan yang sedikit masih dapat dikatakan
sangat efektif apabila para guru dan siswa memakainya secara inteligen dan
apabila dapat membantu anak-anak agar dapat memahami pelajaran lebih baik”.
Hal
ini menunjukkan pentingnya manajemen sekolah memfasilitasi para guru dengan
sebuah program pelatihan singkat tentang bagaimana menggunakan sapras (termasuk
perlengkapan mengajar) secara efektif dan efisien. Dengan demikian, guru bisa
memanfaatkan sapras dan perlengkapan yang tersedia di sekolah dengan
sebaik-baiknya.
Standar
sarana dan prasarana sekolah, hingga saat ini belum terpenuhi.
Fasilitas-fasilitas dasar sekolah yang mesti dipenuhi untuk tingkat SD, antara
lain, adalah ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, ruang usaha kesehatan
sekolah, tempat beribadah, jamban, dan olahraga, dan laborartorium IPA.
Di
tingkat SMP ditambah konseling, organisasi kesiswaan, dan tata usaha. Ada pun
di tingkat SMA prasarana laboratorium mesti lengkap, yakni laboratorium Fisika,
Kimia, Biologi, komputer, dan bahasa.
Berdasarkan
data Depdiknas tahun 2008, baru 32 persen SD memiliki perpustakaan, sedangkan
di SMP 63,3 persen. Pada jenjang SMA keberadaan perpustakaan di SMA negeri mencapai
80 persen, di SMA swasta 60 persen, serta di SMK 90 persen. SMA negeri yang
punya laboratorium multimedia 80 persen, sedangkan SMA swasta 50 persen. Yang
punya laboratorium IPA lengkap (Fisika, Biologi, dan Kimia) sudah 80 persen.
Kondisi memprihatinkan terjadi di SMA swasta karena yang punya tiga
laboratorium IPA baru 10 persen dan yang dua laboratorium IPA 30 persen
(Kompas, 22 Oktober 2009).
No comments:
Post a Comment