Saturday, February 25, 2017

Hakekat Matematika

1.      Hakekat Matematika
Kata matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”, sedangkan dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.[1]
Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam jumlahnya terbai dalam tiga bidang; yaitu aljabar, analisis dan geometri.[2]
Pelajaran matematika adalah sesuatu ilmu yang dipelajari atau diajarkan yang berhubungan dengan bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah tentang bilangan.[3]
Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak sehingga kemampuan guru dituntut untuk dapat mengupayakan model yang tepat dan sesuai dengan tingkat perkembangan perserta didik. Belajar matematika merupakan tentang konsep-konsep dan struktur abstrak yang terdapat dalam matematika serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan sturktur matematika. Belajar matematika harus melalui proses yang bertahan dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks.
Ruang lingkup matematika pada pada tingkat satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a) Bilangan, b) Geometri dan pengukuran dan c) Pengolahan data.[4]
Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangankan kreatiivitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika. Dalam pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif.[5]
Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Menurut Depdiknas (2001:9), kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagai berikut:
1)      Melakuakn operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan.
2)      Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume.
3)      Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.
4)      Menggunakan pengukuran, satuan, kesetaraan antarsatuan dan penaksiran pengukuran.
5)      Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan dan menyajikan.
6)      Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan gagasan secara matematika.[6]
Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagaimana yang disajikan oleh depdiknas, sebagai berikut:
1)      Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonse, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.
2)      Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3)      Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4)      Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
5)      Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.[7]
Untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika tersebut, seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan dan mengembangakan pengetahuannya.
Pembelajaran matematika di MI/SD memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Pembelajaran matematika menggunakan metode spriral.
Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan dimana pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu mengaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya. Topik sebelumnya dapat menjadi prasyarat untuk dapat memahami dan mempelajari  suatu topik matematika. Topik baru yang dipelajari merupakan pendalaman dan perluasan dari topik sebelumnya. Pemberian konsep dimulai dengan benda-benda konkrit kemudian konsep itu diajarkan kembali dengan bentuk pemahaman yang lebih abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum digunakan dalam matematika.
b.      Pembelajaran matematika bertahap.
Materi pelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu dimulai dari komsep-konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih sulit. Selain itu pembelajaran matematika dimulai dari konkret, ke semi konkret dan akhirnya kepada konsep abstrak. Umtuk mempermudah siswa memahami objek matematika maka benda-benda konkrit digunakan pada tahap konkrit kemudian ke gambar-gambar pada tahap semi konkrit dan akhirnya ke simbol-simbol pada tahap anstrak.
c.       Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif
Matematika merupakan ilmu deduktif, namun karena sesuai tahap perkembangan mental siswa maka pada pembelajaran matematika di SD digunakan pendekatan induktif.
d.      Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi
Kebenaran matematika merupakan kebanaran yang konsisten artinya todak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya. Suatu penyataan dianggap benar jika didasarkan kepada pertanyaan-pertanyaan sebelumnya yang telah diterima kebenarannya.
e.       Pembelajaran matematika hendaknya bermakna
Dalam pembelajaran bermakna siswa mempelajari matematika mulai dari proses terbentuknya suatu konsep kemudian berlatih menerapkan dan memanipulasi konsep-konsep tersebut pada situasi baru. Dengan pembelajaran seperti ini, siswa terhindar dari verbalisme, karena dalam setiap hal yang dilakukannya dalam kegiatan pembelajaran ia memahaminya mengapa dilakukan dan bagaimana melakukannya. Oleh karena itu akan tumbuh kesadaran tentang pentingnya belajar. Ia akan belajar dengan baik.[8]




[1] Ahmad Susanto,Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar,(Jakarta: KENCANA PRENADA GROUP,2013),hlm 184.
[2] S Suharnik. “BAB II KAJIAN TEORI”. Diunduh pada tanggal 28 Desember 2016 dari http://digilib.uinsby.ac.id/1366/5/Bab%202.pdf, 2014.
[3] Ibid
[4] Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Depdiknas,2006
[5] Ahmad Susanto,Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar,(Jakarta: KENCANA PRENADA GROUP,2013),hlm 185.
[6] Ahmad Susanto,Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar,(Jakarta: KENCANA PRENADA GROUP,2013),hlm 189-190.
[7] Ibid, hlm 190
[8] “PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD”. Diunduh pada tanggal 28 Desember 2016 dari http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/MODEL_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA/Kegiatan_Belajar_3_Revisi.pdf

No comments:

Post a Comment