1.
Hakekat
Matematika
Kata matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema
yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”, sedangkan dalam bahasa
Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan
dengan penalaran.[1]
Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk susunan,
besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam
jumlahnya terbai dalam tiga bidang; yaitu aljabar, analisis dan geometri.[2]
Pelajaran
matematika adalah sesuatu ilmu yang dipelajari atau diajarkan yang berhubungan
dengan bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional
yang digunakan dalam penyelesaian masalah tentang bilangan.[3]
Matematika
merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak sehingga kemampuan guru dituntut
untuk dapat mengupayakan model yang tepat dan sesuai dengan tingkat
perkembangan perserta didik. Belajar matematika merupakan tentang konsep-konsep
dan struktur abstrak yang terdapat dalam matematika serta mencari hubungan
antara konsep-konsep dan sturktur matematika. Belajar matematika harus melalui
proses yang bertahan dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks.
Ruang lingkup
matematika pada pada tingkat satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek
sebagai berikut: a) Bilangan, b) Geometri dan pengukuran dan c) Pengolahan
data.[4]
Pembelajaran
matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangankan kreatiivitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan
baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika.
Dalam pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi
pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan mencapai
hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif.[5]
Secara umum,
tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan
terampil menggunakan matematika. Menurut Depdiknas (2001:9), kompetensi atau
kemampuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagai berikut:
1)
Melakuakn
operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi
campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan.
2)
Menentukan
sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana termasuk
penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume.
3)
Menentukan
sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.
4)
Menggunakan
pengukuran, satuan, kesetaraan antarsatuan dan penaksiran pengukuran.
5)
Menentukan
dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tertinggi, terendah, rata-rata,
modus, mengumpulkan dan menyajikan.
6)
Memecahkan
masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan gagasan secara matematika.[6]
Secara khusus,
tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagaimana yang disajikan
oleh depdiknas, sebagai berikut:
1)
Memahami
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonse, dan mengaplikasikan
konsep atau algoritme.
2)
Menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
3)
Memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4)
Mengomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk menjelaskan keadaan
atau masalah.
5)
Memiliki
sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.[7]
Untuk mencapai
tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika tersebut, seorang guru hendaknya
dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa
aktif membentuk, menemukan dan mengembangakan pengetahuannya.
Pembelajaran
matematika di MI/SD memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Pembelajaran
matematika menggunakan metode spriral.
Pendekatan
spiral dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan dimana pembelajaran
konsep atau suatu topik matematika selalu mengaitkan atau menghubungkan dengan
topik sebelumnya. Topik sebelumnya dapat menjadi prasyarat untuk dapat memahami
dan mempelajari suatu topik matematika.
Topik baru yang dipelajari merupakan pendalaman dan perluasan dari topik
sebelumnya. Pemberian konsep dimulai dengan benda-benda konkrit kemudian konsep
itu diajarkan kembali dengan bentuk pemahaman yang lebih abstrak dengan
menggunakan notasi yang lebih umum digunakan dalam matematika.
b.
Pembelajaran
matematika bertahap.
Materi
pelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu dimulai dari komsep-konsep
yang sederhana, menuju konsep yang lebih sulit. Selain itu pembelajaran
matematika dimulai dari konkret, ke semi konkret dan akhirnya kepada konsep
abstrak. Umtuk mempermudah siswa memahami objek matematika maka benda-benda
konkrit digunakan pada tahap konkrit kemudian ke gambar-gambar pada tahap semi
konkrit dan akhirnya ke simbol-simbol pada tahap anstrak.
c.
Pembelajaran
matematika menggunakan metode induktif
Matematika merupakan
ilmu deduktif, namun karena sesuai tahap perkembangan mental siswa maka pada
pembelajaran matematika di SD digunakan pendekatan induktif.
d.
Pembelajaran
matematika menganut kebenaran konsistensi
Kebenaran
matematika merupakan kebanaran yang konsisten artinya todak ada pertentangan
antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya. Suatu penyataan
dianggap benar jika didasarkan kepada pertanyaan-pertanyaan sebelumnya yang
telah diterima kebenarannya.
e.
Pembelajaran
matematika hendaknya bermakna
Dalam
pembelajaran bermakna siswa mempelajari matematika mulai dari proses
terbentuknya suatu konsep kemudian berlatih menerapkan dan memanipulasi
konsep-konsep tersebut pada situasi baru. Dengan pembelajaran seperti ini,
siswa terhindar dari verbalisme, karena dalam setiap hal yang dilakukannya
dalam kegiatan pembelajaran ia memahaminya mengapa dilakukan dan bagaimana
melakukannya. Oleh karena itu akan tumbuh kesadaran tentang pentingnya belajar.
Ia akan belajar dengan baik.[8]
[1] Ahmad Susanto,Teori
Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar,(Jakarta: KENCANA PRENADA
GROUP,2013),hlm 184.
[2] S Suharnik. “BAB II
KAJIAN TEORI”. Diunduh pada tanggal 28 Desember 2016 dari
http://digilib.uinsby.ac.id/1366/5/Bab%202.pdf, 2014.
[3] Ibid
[4] Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Depdiknas,2006
[5] Ahmad Susanto,Teori
Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar,(Jakarta: KENCANA PRENADA
GROUP,2013),hlm 185.
[6] Ahmad Susanto,Teori
Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar,(Jakarta: KENCANA PRENADA
GROUP,2013),hlm 189-190.
[7] Ibid, hlm 190
[8]
“PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD”. Diunduh pada tanggal 28 Desember 2016 dari
http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/MODEL_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA/Kegiatan_Belajar_3_Revisi.pdf
No comments:
Post a Comment