A. Pelaksanaan
Program Kerja Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM)
Sesuai dengan hasil
temuan dilapangan, dapat di jabarkan sedikit mengenai pelaksanaan program kerja
khususnya pada bidang pengembangan sumber daya manusia (PSDM). Pembentukan PSDM
dalam lembaga pers tersebut memiliki visi yakni untuk menambah wawasan dan
memperluas gagasan tentang isu – isu global serta pemikiran – pemikiran dalam
peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Pentingnya pelaksanaan
bidang tersebut adalah mengingat bertambah pesatnya dunia globalisasi sehingga
komputer dan media harus dikuasai dengan baik untuk era pembangunan teknologi
saat ini. karna komputer merupakan salah satu hasil dari perkembangan IPTEK
yang semakin maju. Hal tersebut membutuhkan bekal ilmu yang memadai untuk
peningkatan mutu dan daya kritis seseorang.
1. Kegiatan
Bidang PSDM
Bidang PSDM memiliki
program kerja antara lain:
-
mengadakan kajian
diskusi
tujuan
dari kegiatan tersebut adalah meningkatkan kualitas anggota dalam menanggapi
isu – isu yang tersebar di media serta mendiskusikannya sehingga akan
mempertajam pola pikir seseorang.
-
program pelatihan
komputer.
Seperti
yng sudah dijelaskan sebelumnya, menurut survey yang ada di lapangan, memiliki
tujuan untuk meningkatkan kualitas anggota lembaga pers tersebut dalam
penguasaan komputer dalam menghadapi era pembangunan yang terjadi saat ini.
2. Pelaksanaan
Kegiatan
Kegiatan dilakukan
setiap satu minggu sekali dengan waktu yang berbeda. Pada bidang kajian diskusi
dilakukan setiap hari rabu siang, sedangkan pelaksanaan pelatihan komputer
dilakukan setiap hari minggu pagi.
3. Target
Target
dalam proses pelaksanaan program tersebut diperuntukkan kepada semua anggota
maupun pengurus LPM Paradigma UIN Sunan Klijaga Yogyakarta
4. Dana
Dalam perjalanannya,
proses pelaksanaan kegiatan atau program kerja yang dimiliki PSDM tidak akan
terlepas dari anggaran dana. Setiap kegiatan membutuhkan dana sekitar 10.000
untuk membeli perlengkapan atau fasilitas diskusi maupun program pelatihan
komputer. Anggaran tersebut sudah disepakati oleh pihak yang bersangkutan
ketika sosialisasi program kerja di awal kepengurusan.
Anggaran
tersebut berasal dari pihak fakultas maupun universitas yang memang sudah
dianggarkan oleh negara untuk membiayai kegiatan intra kampus. Dan mendapatkan
anggaran yang lain dari senior maupun iuran anggota setiap kali pertemuan atau
melakukan program kerja sehingga program kerja dapat berjalan sesuai apa yang
di rencanakan.
B. Pelaksanaan
Evaluasi Program Kerja Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM)
1. Pelaksanaan
Program Evaluasi.
Pendekatan
evaluasi merupakan beberapa pendapat mengenai tentang apa tugas evaluasi,
bagaimana evaluator melakukan evaluasi atau dengan kata lain, pendekatan
evaluasi adalah beberapa prosedure dan tujuan evaluasi.
Ada
beberapa pendekatan dalam melakukan pendekatan dalam evaluasi program, setiap
pendekatan memberikan petunjuk bagaimana memperoleh informasi yang berguna
dalam bebrapa kondisi. Semua pendekatan paling tidak mempunyai tujun yang sama
yaitu, bagaimana memperoleh informasi yang berarti atau tepat untuk pemakai
atau klien.
Berikut
adalah beberapa pendekatan – pendekatan dalam melakukan evaluasi :
1. Pendekatan
Eksperimental.
Pendekatan
eksperimental yaitu evaluasi yang berorientasi pada penggunaan eksperimental sciene dalam program
evaluasi. Pendekatan ini berasal dari control eksperimen yang biasanya
dilakukan dalam penelitian akademik. Tujuan evaluator adalah untuk memperoleh
kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak suatu program tertentu yang
mengontrol sebanyak banyaknya faktor dan mengisolasi pengaruh program.
Adapun
yang dilakukan evaluator pada pendekatan eksperimental, sama seperti seorang
peneliti, yaitu evaluator menciptakan situasi yang diskontrol di mana beberapa
subjek menerima perlakuan sedangkan yang lainnya tidak dan membandingkan kedua
kelompok untuk melihat dampak program. Evaluator memakai teknik dasar desain
eksperimental acak, kelompok control dan analisis longitudinal untuk menarik
kesimpulan tentang dampak perlakuan.
Kelebihan
dari pendekatan eksperimental ini adalah kemampuannya dalam menarik kesimpulan
yang relatif objektif, generalisasi jawaban terhadap pertanyaan program yang
bersangkutan. Hal ini membuat pendekatan ini lebih popular dan terpercaya serta
disukai pemakai dan pembuat keputusan.
Kelemahan
dari pendekatan ini adlah karena pendekatan ini membuat evaluator sebagai orang
ketiga yang objektif dalam program yang menjalankan prinsip – prinsip desain
penelitian dalam desain pengevaluasian untuk memperoleh informasi yang tidak
diragukan kebenarannya atas dampak program dengan posisi evaluator yang seperti
itu, jarang ada klien yang mengerti pentingnya konsistensi acak dan lain – lain
yang dilakukan oleh evaluator.
2. Pendekatan
yang berorientasi pada tujuan ( Goal
Oriented )
Cara
yang paling logis untuk merencanakan suatu program yaitu merumuskan tujuan umum
dan tujuan khusus dan memebentuk kegiatan program untuk mencapai tujuan
tersebut. Hal yang sama juga diperoleh pada pendekatan orientasi tujuan
evaluasi. Pendekatan ini memakai tujuan program sebagai kriteria untuk
menentukan keberhasilan, evaluator mencoba mengukur sampai dimana pencapaian
tujuan telah dicapai.
Pendekatan
ini memberi petunjuk kepada pengembangan program untuk menjelaskan hubungan
antara kegiatan khusus yang ditawarkan dan hasil yang akan dicapai. Peserta
tidak hanya harus menjelaskan hubungan tersebut di atas, tetapi juga harus
menentukan hasil yang diinginkan dengan rumusan yang dapat diukur. Dengan
demikian akan ada hubungan yang logis antara kegiatan, hasil, dan prosedure
pengukuran hasil.
Selain
itu, evaluator juga dapat membantu klien menerangkan rencana penerapan dan
melihat proses pencapaian tujuan yang memperlihatkan kemampuan program
menjalankan kegiatan sesuai rencana. begitu tujuan umum dan tujuan khusus
terjelaskan, tugas evaluator menentukan sampai sejauh mana tujuan program telah
tercapai.
Bermacam
macam alat ukur akan dipakai untuk melakukan tugas ini, tergantung pada tujuan
yang akan di ukur. Dalam hal ini keberhasilan diukur dengan kriteria program
khusus bukan dengan kelompok control atau dengan program lain seperti halnya
dalam pendekatan eksperimen.
Kelebihan
dari pendekatan ini adalah lebih mengarahkan pada orientasi tujuan yng terletak
pada hubungan antara tujuan dan kegiatan dan penekanan pada elemen khusus bagi
mereka. Sedangkan keterbatasan dari pendekatan ini adalah kemungkinan evaluasi
melewati konsekuens yang tidak diharapkan akan terjadi.
3. Pendekatan
yang berfokus pada keputusan ( The
Desicion Focused Approach )
Pendekatan
yang berfokus pada keputusan, menekankan pada peranan informasi yang sistematik
untuk pengelola program dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan ini,
informasi akan amat berguna apabila dapat membantu para pengelola program
membuat keputusan. Oleh sebab itu, kegiatan evaluasi harus direncanakan sesuai
dengan kebutuhan untuk keputusan program.
Pada
tingkat perencanaan, pembuat program memerlukan informasi tentang masalah dan
kapasitas organisasi. Selama dalam tingkat implementasi administrator
memerlukan informasi tentang proses yang sedang berjalan. Bila program sudah
selesai,keputusan – keputusan penting akan dibuat berdasarkan hasil yang akan
dicapai. Evaluator harus mengetahui dan mengerti perkembangan program dan harus
siap menyediakan bermacam – macam informasi pada bermacam – macam waktu.
Evaluator
memerlukan dua macam informasi dari klien, pertama ia harus mengetahui butir –
butir keputusan penting pada setiap periode selama program berjalan. Kedua, ia
perlu mengetahui macam informasi yang mungkin akan sangat berpengaruh untuk
setiap keputusan.
Keunggulan
dari pendekatan ini ialah perhatiannya terhadap kebutuhan pembuat keputusan
yang khusus dan pengaruh yang makin besar pada keputusan program yang relevan.
Sedangkan keterbatasan dari pendekatan ini ialah banyak keputusan penting yang
dibuat tidak pada waktu yang tepat, tetapi pada waktu yang kurang tepat.
Seringkali keputusan banyak yang tidak dibuat berdasarkan data, tetapi
tergantung pada impresi perorangan, politik, perasaan, kebutuhan pribadi, dan
lain – lain.
4. Pendekatan
yang berorientasi pada pemakaian.
Sejumlah
penelitian mengembangkan pendekatan baru yang menekankan perluasan pemakaian
informasi. Hal ini di sebut dengan pendekatan The User Oriented. Yaitu, pemakaian informasi yang potensial adalah
yang menjadi tujuan utama.
Evaluator
memfokuskan evaluasi dengan membentuk kelompok pemakai. Selanjutnya, kelompok
tersebut akan menolong membuat kerangka evaluasi, merumuskan pertanyaan –
pertanyaan yang penting, memilih strategi pengukuran, mereview hasil awal dan
menggiring mereka msegera bertindak dan akhirnya menerima hasil evaluasi.
Kelebihan
pendekatan ini adalah perhatiannya terhadap individu yang berurusan dengan
program dan perhatiannya terhadap informasi yang berguna untuk individu
tersebut. Serta hasil evaluasi akan selalu terpakai. Sedangkan keterbatasan
dari pendekatan ini adalah ketergantungannya terhadap kelompok yang sama dan
kelemahan ini bertambah besar pengaruhnya sehingga hal – hal lain diluar itu
kurang mendapat perhatian. Kelompok itu dapat berganti komposisi berkali - kali
dan ini dapat mengganggu kelangsungan atau kelancaran kegiatan evaluasi.
Akhirnya, mereka yang lebih banyak bicara dan lebih persuasif dapat berpengaruh
lebih besar.[1]
Dari
berbagai pendekatan yang ada, evaluasi program yang terjadi adalah menggunakan
penggunaan evaluasi yang berorientasi pada tujuan. Hal tersebut dikarenakan
setiap program merupakan suatu hal yang berorientasikan pada tujuan yakni
bagaimana meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia menjadi manusia yang dapat
memaksimalkan potensi yang dimiliki.
[1]Tayibnapis
Farida Yusuf, Evaluasi program dan
Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), hlm 23-30
No comments:
Post a Comment