KESENIAN KHAS SULAWESI
a. Tarian
Daerah
Tarian adat tradisional Poso yang sangat terkenal yaitu tarian dero. Tarian
ini merupakan tarian suku Pamona. Tarian ini melambangkan sebuah ungkapan
sukacita masyarakat Poso terutama suku Pamona. Tarian ini di laksanakan di
tempat yang luas karena seluruh peserta yang melakukan tarian ini masyarakat itu
sendiri tanpa memandang status sosial, umur dan gender. Tarian ini merupakan
tarian massal dan melibatkan seluruh masyarakat. Tarian ini sangat sederhana
dan mudah untuk di pelajari. Hanya berdampingan dan bergandeng tangan kemudian
melakukan hentakan sekali ke kiri kemudian dua kali ke kanan dan mengikuti
alunan lagu yang nyanyikan oleh penari dero. Alat musik yang di gunakan untuk
mengiringi tarian tersebut adalah ganda (seperti gendang) dan nggongi (gong).
Tarian ini sering di lakukan saat acara pernikahan dan acara besar adat
lainnya.
Gambar Tarian Adat Poso atau
pamona (Dero)
b. Alat
Musik
Keberadaan
sebuah kesenian tradisional dalam pelaksanaannya
mengandung sebuah makana yang berperan sebagai
fungsi dalam pelaksanaannya, baik melalui
alat musik, nyanyian, dan gerakan tertentu.
Modero sebagai salah satu kesenian daerah dalam
hal ini musik tradisional, yang dalam
pelaksanaanya melahirkan beberapa fungsi, yaitu fungsi
umum dan fungsi khusus.
a. Modero sebagai sarana hiburan (
fungsi umum )
b. Modero sebagai pengiring penjemputan
tamu pada acara tertentu (fungsi khusus).
Kedua
fungsi di atas merupakan sarana bagi
masyarakat pendukungnya, untuk dijaga dan
tetap dilestarika sebagai aset budaya daerah
dan kekayaan budaya bangsa.[1]
c.
Lagu Daerah
Suku Pamona juga mengenal lagu rap semenjak zaman dulu kala.
Sebagai contoh simak lagu rap yang banyak dilagukan rakyat desa pada tahun
1940-an sebagai berikut :
Lagu Rap
Ee
nona ee noa iwenu pai nu kabaga pai ku kabaga, bonce be manana Ee bonce ee
bonce, iwenu pai be manana, pai be manana, kaju wota-wota
Ee
kaju, ee kaju, iwenu pai nu ka wota, pai ku ka wota, na tudusi uja, ee uja, ee
uja, iwenu pai nu katudu, pai ku katudu, da napandiu ntumpa.
Ee
tumpa, ee tumpa, i wenu pai nu pandiu, pai ku pandiu, da natungku ule.
Eee ule, ee
ule, iwenu pai nupa tungku pai ku patungku kina'a ntu'aku.
[1]https://books.google.co.id/books/about/Sejarah_daerah_Sulawesi_Tengah.html?id=o_QBAAAAMAAJ&redir_esc=y, diunduh pada
tanggal 05 November 2016 pada pukul 11:20 wib.
No comments:
Post a Comment