A. MACAM-MACAM
KEBUDAYAAN SULAWESI
Adapun karakteristik
yang membedakan kebudayaan sulawesi tengah dengan daerah lainnya, seperti ragam
bahasa daerahnya, lagunya, permainan dan
lain-lain.
a.
Rumah Adat
Di Sulawesi Tengah, tempat tinggal penduduk disebut Tambi. Rumah ini merupakan
tempat tinggal untuk semua golongan masyarakat. Bentuk rumah ini segi persegi
panjang dengan ukuran rata-rata 7x5 m2, menghadap ke arah
utara-selatan, karena tidak boleh menghadap atau membelakangi arah matahari.
Sekilas konstuksi rumah ini seperti jamur berbentuk prisma yang terbuat dari
daun rumbia atau ijuk.
Keunikan rumah panggung ini adalah atapnya yang berfungsi sebagai dinding.
Alas rumah tersebut terdiri dari susunan balok kayu, sedangkan pondasinya
terbuat dari batu alam. Akses masuk ke rumah ini melalui tangga, jumlahnya
berbeda sesuai tinggi rumahnya. Tambi yang digunakan masyarakat biasa memiliki
anak tangga berjumlah ganjil dan untuk ketua adat berjumlah genap.
Tiang-tiang penopang rumah ini terbuat dari kayu bonati. Di dalamnya
hanya terdapat satu lobona (ruangan utama) yang dibagi tanpa sekat dan
memiliki kamar-kamar, hanya pada bagian tengah lobona terdapat rapu
(dapur) yang sekaligus menjadi penghangat ruangan ketika cuaca dingin.
Penghuninya tidur menggunakan tempat tidur yang terbuat dari kulit kayu nunu
(beringin).
Di sekeliling dinding rumah ini membentang asari (para-para) yang
serbaguna, bisa dijadikan tempat tidur yang berpembatas, tempat
penyimpanan benda pusaka atau benda-benda berharga lainnya. Sebagai hiasan,
biasanya rumah ini memiliki ukiran di bagian pintu dan dindingnya. Motif ukiran
tersebut terutama berbentuk binatang atau tumbuh-tumbuhan. Terdiri atas ukiran pebaula
(kepala kerbau) dan bati (ukiran berbentuk kepala kerbau, ayam dan
babi). Pebaula meurpakan simbol kekayaan, dan bati merupakan
simbol kesejahteraan dan kesuburan.
Pada motif tumbuhan (pompininie) biasanya terbuat dari beragam kain
kulit kayu berwarna-warni, dibentuk menjadi motif bunga-bunga yang kemudian
diikat dengan rotan. Kain kulit kayu ini merupakan hasil tenunan tradisional
dari kulit kayu nunu dan ivo. pompeninie ini memiliki
kekuatan magis yang dapat menangkal gangguan roh jahat. Karena Tambi hanya
memiliki satu ruang utama, maka ia memiliki bangunan tambahan yang tidak dapat
dipisahkan, yaitu Buho (terkadang disebut gampiri).
Bangunan yang memiliki dua lantai ini, berfungsi sebagai tempat
musyawarah atau menerima tamu (lantai bawah), dan sebagai lumbung padi (lantai
atas). Karena fungsinya sebagai tempat menerimatamu, maka letaknya tak jauh
dari Tambi. Bangunan lainnya yang sangat sederhana disebut Pointua,
yaitu tempat menumbuk padi, dimana terdapat lesung yang disebut iso
berbentuk segi empat panjang bertiang 4 buah dan kadang-kadang terdapat pula
lesung bundar yang disebut iso busa.[1]
b. Bahasa Daerah
Suku Pamona yang mendiami daerah Poso Sulawesi Tengah ini
menggunakan Bahasa Pamona dalam komunikasinya. Bahasa ini merupakan
rumpun dari bahasa Malayo-Polinesia dan turun ke bahasa Kaili-Pamona. Bahasa
Pamona hanya memiliki ragam lisan saja, tidak memiliki ragam tulisan atau
aksara. Tahun 1912 bahasa Pamona pernah diteliti, dan bahasa ini kemudian
disebut dengan bahasa Bare’e. dari hasil penelitian tersebut, bahasa Pamona sekelompok
dengan bahasa Napu, Besoa, dan Ledoni. Penuturan Bahasa Pamona dipakai oleh
sebagian besar suku yang mendiami daerah Poso.
Bahasa Pamona memiliki
berbagai dialek, di antaranya dialek Onda'e di Taripa dan sekitarnya, dialek
Puumboto di Pendolo, Mayoa, Wotu, Mangkutana dan Masamba. Lalu ada dialek
Pebato di kasiguncu, Tangkura, dan Sulewana. Ada lagi dialek Lage di wilayah
Kecamatan Lage, dan dialek Taa serta Ampana di sekitar wilayah Ampana. Masing-masing
dialek bahasa Pamona mempunyai sedikit perbedaan baik dalam intonasi maupun
kata-kata tertentu yang tidak dipunyai oleh subsuku yang lain. Bahasa Pamona
juga mengenal strata dalam penuturan dengan tingkat kesopanan tertentu. Namun
secara umum, masing-masing suku dapat mengerti satu sama lain ketika
bercakap-cakap.
Struktur Bahasa Pamona cukup unik, setidaknya
jika ditinjau dari ragam asal suku kata. Suatu kata asal tersebut dapat
mempunyai banyak arti tatkala kata itu sendiri ditambahkan awalan, akhiran,
sisipan ataupun imbuhan. Contoh asal suku kata yang berubah arti setelah
ditambah awalan, akhiran atau imbuhan dan membentuk beragam arti contoh: monco
= benar; kamonconya = sesungguhnya, sebenarnya; monco-monco = sungguh-sungguh;
moncoro = bersiaga; moncou = terayun.[2]
c. Pakaian
Adat
Suku Pamona memiliki
pakaian adat yang sangat unik. Sebutan pakaian adat suku asli Poso adalah Tuana
Mahile. Pakaian adat asli Pamona terbuat dari kulit kayu yang di sebut dengan Kaliken.
Tidak sembarang kulit kayu untuk membuat pakaian adat tersebut, mereka
mengambilnya dari pohon-pohon yang berada di sekitar pegunungan dan masih
sangat alami.
Pakaian tersebut hanya bisa
digunakan pada saat pernikahan dan penyambutan tamu karena hasil tekstil
pakaian tersebut mudah rusak jika terkena air. Coba deh bayangin gimana pake
baju adat yang bahan dasarnya dari kulit kayu ? Namun, seiring dengan
berjalannya waktu pakaian tersebut sudah hampir punah karena untuk pembuatan
baju adat tersebut sangat lama. Sehingga sekarang di gunakan pakaian adat yang
terbuat dari kain khusus dan di hiasi dengan manik-manik yang berwarna-warni.
Gambar Pakaian Adat Suku Pamona
d. Senjata
Tradisional
jenis senjata
tradisional yang terkenal di Sulawesi Tengah adalah pasatimpo, yaitu sejenis
parang yang hulunya bengkok dan sarungnya diberi tali. Jenis senjata panjang
yang sering digunakan masyarakat berupa tombak, yang terdiri atas kanjae dan
surampa (bermata tiga seperti senjata trisula).
Gambar
senjata tradisional pasatimpo
Selain
itu jenis senjata tradisional yang lain berupa parang panjang (guma) yang
dibuat oleh tukang besi (pande) yang ahli membuat senjata tajam. Sebagai alat
pelindung diri dari serangan lawan digunakan perisai (cakalele) yang terbuat
dari kayu dan dilapisi dengan sekeping besi tipis. Semua jenis senjata
tradisional tersebut terutama digunakan untuk berperang melawan musuh atau
melindungi diri dari serangan binatang buas. Pada saat ini jenis-jenis senjata
tradisional yang ada juga digunakan untuk berbagai keperluan dalam rangka
aktivitas hidup sehari-hari, seperti untuk mencari kayu bakar, memotong hewan
buruan atau piaraan untuk dikonsumsi, dan lain-lain.[3]
[1]http://www.google.com/search?q=pakaian+adat+khas+suku+pamona&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=8cw9VdL4I5CouwTwvoDICA&ved=0CBsQsAQ&biw=1366&bih=667#tbm=isch&q=makanan+khas+suku+pamona, Di unduh pada tanggal 04 November 2016 pada pukul 15:30 wib.
[2] Anonym “Sosial Budaya Sulawesi Tengah” dalam http://www.google.co.id/sosial-budaya-Sulawesi-Tengah/ diunduh pada tanggal 04 November 2016 pada pukul 12:30 wib.
[3]https://books.google.co.id/books/about/Sejarah_daerah_Sulawesi_Tengah.html?id=o_QBAAAAMAAJ&redir_esc=y, diunduh pada tanggal 05 November 2016 pada pukul 10:15 wib.
pakaian adat Tuana Mahile nya bagus bedda banget dengan pakaian adat dari daerah lainnya...
ReplyDeletehttp://www.marketingkita.com/2017/08/Manajemen-Sumber-Daya-Manusia-Dalam-Ilmu-Marketing.html