Saturday, February 25, 2017

MACAM-MACAM KEBUDAYAAN SULAWESI rumah adat, bahasa daerah, pakaian adat, senjata tradisional,

A.    MACAM-MACAM KEBUDAYAAN SULAWESI
Adapun karakteristik yang membedakan kebudayaan sulawesi tengah dengan daerah lainnya, seperti ragam bahasa daerahnya,  lagunya, permainan dan lain-lain.
a.         Rumah Adat
Di Sulawesi Tengah, tempat tinggal penduduk disebut Tambi. Rumah ini merupakan tempat tinggal untuk semua golongan masyarakat. Bentuk rumah ini segi persegi panjang dengan ukuran rata-rata 7x5 m2, menghadap ke arah utara-selatan, karena tidak boleh menghadap atau membelakangi arah matahari. Sekilas konstuksi rumah ini seperti jamur berbentuk prisma yang terbuat dari daun rumbia atau ijuk.
Keunikan rumah panggung ini adalah atapnya yang berfungsi sebagai dinding. Alas rumah tersebut terdiri dari susunan balok kayu, sedangkan pondasinya terbuat dari batu alam. Akses masuk ke rumah ini melalui tangga, jumlahnya berbeda sesuai tinggi rumahnya. Tambi yang digunakan masyarakat biasa memiliki anak tangga berjumlah ganjil dan untuk ketua adat berjumlah genap.
Tiang-tiang penopang rumah ini terbuat dari kayu bonati. Di dalamnya hanya terdapat satu lobona (ruangan utama) yang dibagi tanpa sekat dan memiliki kamar-kamar, hanya pada bagian tengah lobona terdapat rapu (dapur) yang sekaligus menjadi penghangat ruangan ketika cuaca dingin. Penghuninya tidur menggunakan tempat tidur yang terbuat dari kulit kayu nunu (beringin).
Di sekeliling dinding rumah ini membentang asari (para-para) yang serbaguna,  bisa dijadikan tempat tidur yang berpembatas, tempat penyimpanan benda pusaka atau benda-benda berharga lainnya. Sebagai hiasan, biasanya rumah ini memiliki ukiran di bagian pintu dan dindingnya. Motif ukiran tersebut terutama berbentuk binatang atau tumbuh-tumbuhan. Terdiri atas ukiran pebaula (kepala kerbau) dan bati (ukiran berbentuk kepala kerbau, ayam dan babi). Pebaula meurpakan simbol kekayaan, dan bati merupakan simbol kesejahteraan dan kesuburan.
Image result for gambar rumah adat suku pamona
Pada motif tumbuhan (pompininie) biasanya terbuat dari beragam kain kulit kayu berwarna-warni, dibentuk menjadi motif bunga-bunga yang kemudian diikat dengan rotan. Kain kulit kayu ini merupakan hasil tenunan tradisional dari kulit kayu nunu dan ivo. pompeninie ini memiliki kekuatan magis yang dapat menangkal gangguan roh jahat. Karena Tambi hanya memiliki satu ruang utama, maka ia memiliki bangunan tambahan yang tidak dapat dipisahkan, yaitu Buho (terkadang disebut gampiri).
Bangunan yang memiliki dua lantai ini,  berfungsi sebagai tempat musyawarah atau menerima tamu (lantai bawah), dan sebagai lumbung padi (lantai atas). Karena fungsinya sebagai tempat menerimatamu, maka letaknya tak jauh dari Tambi. Bangunan lainnya yang sangat sederhana disebut Pointua, yaitu tempat menumbuk padi, dimana terdapat lesung yang disebut iso berbentuk segi empat panjang bertiang 4 buah dan kadang-kadang terdapat pula lesung bundar yang disebut iso busa.[1]
b.   Bahasa Daerah
Suku Pamona yang mendiami daerah Poso Sulawesi Tengah ini menggunakan Bahasa Pamona dalam komunikasinya. Bahasa ini merupakan rumpun dari bahasa Malayo-Polinesia dan turun ke bahasa Kaili-Pamona. Bahasa Pamona hanya memiliki ragam lisan saja, tidak memiliki ragam tulisan atau aksara. Tahun 1912 bahasa Pamona pernah diteliti, dan bahasa ini kemudian disebut dengan bahasa Bare’e. dari hasil penelitian tersebut, bahasa Pamona sekelompok dengan bahasa Napu, Besoa, dan Ledoni. Penuturan Bahasa Pamona dipakai oleh sebagian besar suku yang mendiami daerah Poso.
Bahasa Pamona memiliki berbagai dialek, di antaranya dialek Onda'e di Taripa dan sekitarnya, dialek Puumboto di Pendolo, Mayoa, Wotu, Mangkutana dan Masamba. Lalu ada dialek Pebato di kasiguncu, Tangkura, dan Sulewana. Ada lagi dialek Lage di wilayah Kecamatan Lage, dan dialek Taa serta Ampana di sekitar wilayah Ampana. Masing-masing dialek bahasa Pamona mempunyai sedikit perbedaan baik dalam intonasi maupun kata-kata tertentu yang tidak dipunyai oleh subsuku yang lain. Bahasa Pamona juga mengenal strata dalam penuturan dengan tingkat kesopanan tertentu. Namun secara umum, masing-masing suku dapat mengerti satu sama lain ketika bercakap-cakap.
Struktur Bahasa Pamona cukup unik, setidaknya jika ditinjau dari ragam asal suku kata. Suatu kata asal tersebut dapat mempunyai banyak arti tatkala kata itu sendiri ditambahkan awalan, akhiran, sisipan ataupun imbuhan. Contoh asal suku kata yang berubah arti setelah ditambah awalan, akhiran atau imbuhan dan membentuk beragam arti contoh: monco = benar; kamonconya = sesungguhnya, sebenarnya; monco-monco = sungguh-sungguh; moncoro = bersiaga; moncou = terayun.[2]
c.    Pakaian Adat
Suku Pamona memiliki pakaian adat yang sangat unik. Sebutan pakaian adat suku asli Poso adalah Tuana Mahile. Pakaian adat asli Pamona terbuat dari kulit kayu yang di sebut dengan Kaliken. Tidak sembarang kulit kayu untuk membuat pakaian adat tersebut, mereka mengambilnya dari pohon-pohon yang berada di sekitar pegunungan dan masih sangat alami.

 Pakaian tersebut hanya bisa digunakan pada saat pernikahan dan penyambutan tamu karena hasil tekstil pakaian tersebut mudah rusak jika terkena air. Coba deh bayangin gimana pake baju adat yang bahan dasarnya dari kulit kayu ? Namun, seiring dengan berjalannya waktu pakaian tersebut sudah hampir punah karena untuk pembuatan baju adat tersebut sangat lama. Sehingga sekarang di gunakan pakaian adat yang terbuat dari kain khusus dan di hiasi dengan manik-manik yang berwarna-warni.
Image result for pakaian adat suku pamona
Gambar Pakaian Adat Suku Pamona
d.   Senjata Tradisional
jenis senjata tradisional yang terkenal di Sulawesi Tengah adalah pasatimpo, yaitu sejenis parang yang hulunya bengkok dan sarungnya diberi tali. Jenis senjata panjang yang sering digunakan masyarakat berupa tombak, yang terdiri atas kanjae dan surampa (bermata tiga seperti senjata trisula).
http://telukpalu.com/wp-content/uploads/2007/04/senjata.jpg
Gambar senjata tradisional pasatimpo
Selain itu jenis senjata tradisional yang lain berupa parang panjang (guma) yang dibuat oleh tukang besi (pande) yang ahli membuat senjata tajam. Sebagai alat pelindung diri dari serangan lawan digunakan perisai (cakalele) yang terbuat dari kayu dan dilapisi dengan sekeping besi tipis. Semua jenis senjata tradisional tersebut terutama digunakan untuk berperang melawan musuh atau melindungi diri dari serangan binatang buas. Pada saat ini jenis-jenis senjata tradisional yang ada juga digunakan untuk berbagai keperluan dalam rangka aktivitas hidup sehari-hari, seperti untuk mencari kayu bakar, memotong hewan buruan atau piaraan untuk dikonsumsi, dan lain-lain.[3]



[2] Anonym “Sosial Budaya Sulawesi Tengah” dalam http://www.google.co.id/sosial-budaya-Sulawesi-Tengah/ diunduh pada tanggal 04 November 2016 pada pukul 12:30 wib.

1 comment:

  1. pakaian adat Tuana Mahile nya bagus bedda banget dengan pakaian adat dari daerah lainnya...


    http://www.marketingkita.com/2017/08/Manajemen-Sumber-Daya-Manusia-Dalam-Ilmu-Marketing.html

    ReplyDelete