Saturday, February 25, 2017

PERANAN PERAWAT DALAM BUDAYA CUCI TANGAN

PERANAN PERAWAT DALAM BUDAYA CUCI TANGAN
Indikator yang pertama menyatakan bahwa pada tahun 2010 nanti diharapkan penduduk Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat. Perawat dapat menciptakan lingkungan yang sehat dengan cara mempromosikan perilaku sehat seperti mencuci tangan sebelum beraktifitas, senantiasa menutup mulut ketika batuk, tidak meludah sembarangan dan kebiasaan-kebiasaan kecil lainnya.
Selain itu perawat di puskesmas juga dapat secara proaktif dalam mengadakan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat di wilayahnya terkait masalah kesehatan aktual yang dapat menyebar dengan cepat seperti flu burung dan demam berdarah. Diharapkan setelah dilakukan hal-hal tersebut, indikator yang kedua akan terpenuhi yaitu masyarakat memiliki perilaku sehat yang pada akhirnya membentuk lingkungan yang sehat pula.
Tahun 2010 nanti juga diharapkan penduduk Indonesia tidak lagi menemukan hambatan yang berarti dalam menjangkau pelayanan kesehatan baik itu dalam hal ekonomi atau biaya maupun yang bersifat non-ekonomi seperti jarak pelayanan kesehatan yang semakin dekat sehingga memudahkan klien yang membutuhkannya.
Dalam hal ini perawat dapat menggunakan metode kunjungan ke rumah-rumah klien yang membutuhkan pelayanan kesehatan ataupun dengan menggunakan kemajuan teknologi untuk mempermudah komunikasi seperti pesawat telepon maupun video conference yang memang belum begitu berkembang di Indonesia. Selain itu, perawat juga harus menambah pengetahuannya dengan terus menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi guna meningkatkan kualitas pelayanannya.
Perilaku sehat dan lingkungan yang sehat serta ditunjang dengan fasilitas kesehatan yang memadai dan kemampuan klien untuk mendapatkan pelayanan, akan membuat derajat kesehatan juga meningkat.
Kondisi di Indonesia sekarang memang sangat memprihatinkan dan sesungguhnnya merupakan tantangan yang sangat besar sekaligus kesempatan bagi para perawat Indonesia untuk menampilkan eksistensinya sebagai profesi kesehatan yang senantiasa memberikan pelayanan sesuai dengan peran-peran yang telah penulis sebutkan di paragraf sebelumnya. Namun perlu diakui bahwa untuk mencapai indikator Indonesia yang sehat di tahun 2010 nanti bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, apalagi kita dihadapkan dengan beberapa masalah internal di dalam tubuh profesi perawat itu sendiri.
Menjadi perdebatan yang tidak berkesudahan ialah tentang standar pendidikan perawat yang sangat variatif yang menyebabkan kualitas lulusan perawat sangatlah beragam di setiap daerahnya sehingga cukup sulit untuk menetapkan standar kompetensi di tingkat nasional, adapun masalah yang sebenarnya sangat penting namun mulai mendapatkan respon negatif di dalam tubuh profesi ini adalah tentang belum tersedianya sebuah Undang-undang Keperawatan sebagai payung hukum untuk melindungi para perawat supaya seluruh asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat menjadi legal dan tidak rancu dengan tindakan dari profesi kesehatan lainnya dan pada akhirnya akan meningkatkan kredibilitas profesi perawat.


SARAN UNTUK PERUBAHAN KE ARAH YANG LEBIH BAIK
Menjaga  kesehatan tidak cukup sekedar memilah asupan yang masuk ke perut, tapi juga membiasakan diri menjaga kebersihan tangan untuk mencegah masuknya bibit penyakit.
Kebersihan dan kesehatan, keduanya memang memiliki peran yang saling berpengaruh sekaligus melengkapi satu sama lain. Dengan menerapkan perilaku bersih, maka kesehatan pun menjadi efek positif yang dihasilkan.
Pasalnya, masyarakat kerap melupakan sebuah langkah penting yang menjadi tulang punggung dari perilaku hidup bersih, yakni cuci tangan pakai sabun (CTPS). Sangat disadari, dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kebiasaan ini masih sangat minim dilakukan.
Berdasarkan data dari Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) 2010 menunjukkan, persentase rumah tangga yang memenuhi kriteria PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dengan kategori baik secara rata-rata nasional hanya 3,7 persen. Sedangkan persentase penduduk yang berperilaku benar dalam CTPS secara rata-rata nasional hanya 24,5 persen.
Hal ini tentu sangat disayangkan apalagi mengingat tangan menjadi gerbang potensial masuknya kotoran ke tubuh seseorang.
 Mengingat krusialnya masalah tersebut, hal yang dilakukan agar masyarakat memahami betapa pentingnya mencuci tangan yaitu  mengampanyekan perilaku hidup bersih sehat. misalnya melakukan suatu gerakan cuci tangan pakai sabun. Dalam program gerakan tersebut dapat disampaikan tentang materi edukasi pembentukan kebiasaan sehat sejak dini yang dilakukan, yakni cuci tangan sebelum makan, menggunakan hand sanitizer untuk membunuh kuman di tangan sebelum makan di saat tidak ada air mengalir dan sabun, serta ajakan untuk menjaga kebersihan agar kebiasaan sehat tertanam sejak dini.

Harapan kita adalah “jadikan mencuci tangan sebagai kebiasaan rutin”  dengan demikian kita harus menyadari betapa pentingnya mencuci tangan. Pemerintah juga harus lebih giat dalam  mempromosikan cuci tangan pakai sabun sehingga tubuh kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku cuci tangan pakai sabun. Pemerintah juga harus sering melakukan promisi kesehatan   di  daerah- daerah yang dapat dilakukan di tempat-tempat umum terbuka yang dapat dengan mudah dijangkau masyarakat terutama anak sekolah. Lapangan kabupaten/ kota, lapangan disekitar lingkungan sekolah.

No comments:

Post a Comment