MACAM-MACAM CARA MENCUCI
TANGAN
Mencuci tangan dengan
air
Praktek mencuci tangan yang dianjurkan pada umumnya adalah dilakukan
dibawah air yang mengalir, karena air dalam keadaan diam dan digunakan untuk
mencuci tangan yang kotor bisa menjadi tempat sup kuman karena
berkumpulnya kotoran yang mungkin mengandung kuman penyakit di satu tempat dan
menempel lagi saat tangan diangkat dari wadah mencuci tangan tersebut.
Mencuci tangan dengan
air panas
Walaupun ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa mencuci tangan dengan
air panas lebih efektif untuk membersihkan tangan, namun pendapat ini tidak
disertai dengan pembuktian ilmiah. Temperatur dimana manusia dapat menahan
panas air tidak efektif untuk membunuh kuman. Beberapa pendapat lain menyatakan
bahwa air panas dapat membersihkan kotoran, minyak, ataupun zat-zat kimia,
namun pendapat populer ini sebenarnya tidak terbukti, air panas tidak membunuh
mikro organisme. Temperatur yang nyaman untuk mencuci tangan adalah sekitar 45
derajat celsius, dan temperatur ini tidak cukup panas untuk membunuh mikro
organisme apapun. Namun temperatur yang jauh lebih panas (umumnya sekitar 100
derajat celsius) memang dapat membunuh kuman. Tidak efektifnya temperatur air
untuk membunuh kuman juga dinyatakan dalam prosedur standar mencuci tangan
untuk operasi medis dimana air keran dibiarkan mengalir deras hingga 2 galon
per menit dan kederasan air inilah yang membersihkan kuman, sementara tinggi
rendahnya temperaturnya tidak signifikan.
Mencuci tangan dengan
sabun
Mencuci tangan dengan sabun adalah praktik mencuci tangan yang paling umum
dilakukan setelah mencuci tangan dengan air saja. Walaupun perilaku mencuci
tangan dengan sabun diperkenalkan pada abad 19 dengan tujuan untuk memutus mata
rantai kuman, namun pada praktiknya perilaku ini dilakukan karena banyak hal di
antaranya, meningkatkan status sosial, tangan dirasakan menjadi wangi, dan
sebagai ungkapan rasa sayang pada anak.
Pada fasilitas-fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, mencuci tangan bertujuan untuk melepaskan atau membunuh patogen
mikroorganisme (kuman) dalam mencegah perpindahan mereka pada pasien.
Penggunaan air saja dalam mencuci tangan tidak efektif untuk membersihkan kulit
karena air terbukti tidak dapat melepaskan lemak, minyak, dan protein dimana
zat-zat ini merupakan bagian dari kotoran organik. Karena itu para staf medis,
khususnya dokter bedah, sebelum melakukan operasi diharuskan mensterilkan
tangannya dengan menggunakan antiseptik kimia dalam sabunnya (sabun khusus atau
sabun anti mikroba) atau deterjem. Untuk profesi-profesi ini pembersihan mikro
organisme tidak hanya diharapkan "hilang" namun mereka harus bisa
memastikan bahwa mikro organisme yang tidak bisa "bersih" dari
tangan, mati, dengan zat kimia antiseptik yang terkandung dalam sabun. Aksi
pembunuhan mikroba ini penting sebelum melakukan operasi dimana mungkin
terdapat organisme-organisme yang kebal terhadap antibiotik.
Mencuci tangan dengan
cairan
Pada akhir tahun 1990an dan awal abad ke 21, diperkenalkan cairan alkohol
untuk mencuci tangan (juga dikenal sebagai cairan pencuci tangan, antiseptik,
atau sanitasi tangan) dan menjadi populer. Banyak dari cairan ini berasal dari
kandungan alkohol atau etanol yang dicampurkan bersama dengan kandungan
pengental seperti karbomer, gliserin, dan menjadikannya serupa jelly, cairan,
atau busa untuk memudahkan penggunaan dan menghindari perasaan kering karena
penggunaan alkohol. Cairan ini mulai populer digunakan karena penggunaannya
yang mudah, praktis karena tidak membutuhkan air dan sabun.
Sesuai perkembangan zaman, dikembangkan juga cairan pembersih tangan non
alkohol. Namun apabila tangan benar-benar dalam keadaan kotor, baik oleh tanah,
darah, ataupun lainnya, maka penggunaan air dan sabun untuk mencuci tangan
lebih disarankan karena cairan pencuci tangan baik yang berbahan dasar alkohol
maupun non alkohol walaupun efektif membunuh kuman cairan ini tidak
membersihkan tangan, ataupun membersihkan material organik lainnya.
Dalam perdebatan yang mana perilaku yang lebih efektif di antara
menggunakan cairan pembersih tangan atau mencuci tangan dengan sabun, Wallace
Kelly, Infection Control R.N. (Paramedik untuk Pengendalian
Infeksi) berpendapat bahwa keduanya efektif dalam membersihkan
bakteria-bakteria tertentu. Namun cairan pembersih tangan berbahan dasar
alkohol tidak efektif dalam membunuh bakteria yang lain seperti e-coli dan
salmonela. Karena alkohol tidak menghancurkan spora-spora namun dengan mencuci
tangan dengan sabun spora-spora tersebut terbasuh dari tangan. Menurutnya
metode terbaik adalah menentukan saat keadaan tidak memungkinkan untuk
mengakses air dan sabun, maka cairan pencuci tangan jauh lebih baik daripada
tidak menggunakan apapun.
Cairan pembunuh kuman yang berbahan dasar alkohol tidak efektif untuk
mematikan materi organik, dan virus-virus tertentu seperti norovirus, spora-spora bakteria
tertentu, dan protozoa tertentu. Untuk membersihkan mikro organisme - mikro
organisme tersebut tetap disarankan menggunakan sabun dan air.
Mencuci tangan dengan
tisu basah
Tisu basah diperkenalkan pada awalnya untuk membersihkan tidak hanya tangan,
tetapi juga kotoran bayi, permukaan meja, dan di AS dianjurkan untuk peralatan
rumah tangga laiinya. Menurut Center for Disease Control and Prevention
(CDC) (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular) di Amerika
serikat sebayak 76 juta dari 300 juta orang yang tinggal di AS sakit setiap
tahunnya karena penyakit yang dibawa bersamaan dengan masuknya makanan.
Sebanyak 300.000 masuk rumah sakit dan dan setiap tahun 5.000 orang meninggal
dunia karena penyakit dibawa bersamaan dengan masuknya makanan.
Tisu basah menjadi alternatif membersihkan tangan setelah mencuci tangan
dengan sabun karena lebih praktis dan tidak memerlukan air. Beberapa tisu basah
telah mengembangkan kandungan wewangian beralkohol, atau anti bakteri, ataupun
minyak almond untuk menjaga kulit tangan agar tidak terasa kering. Namun
menurut dr. Handrawan tisu basah tidak baik untuk mencuci tangan karena hanya mengembalikan
kuman bolak-balik di tangan .
Dalam beberapa kasus khusus, sebuah perusahaan di AS mengeluarkan tisu
basah yang berlabel Rediwipes yang menyatakan dapat membunuh 99.9 persen
bakteri yang terdapat dirumah termasuk bakteri Salmonella dan E. coli. Tisu ini
dianjurkan untuk digunakan dalam membersihkan tangan dan peralatan dapur
lainnya sebelum masak agar mencegah kontaminasi bakteri silang antara tangan,
bahan masakan, dan peralatan dapur sehingga tidak menyebar.
No comments:
Post a Comment