Thursday, November 1, 2018

Cara / Metode Menetapkan Fokus Masalah Dalam Penelitian Tindakan Kelas PTK Tindak


Cara Menetapkan Fokus Masalah
a. Merasakan Adanya Masalah
Pertanyaan yang mungkin timbul bagi peneliti pemula PTK adalah bagaimana memulai penelitian tindakan. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mula-mula seorang guru harus merasakan ketidakpuasan terhadap praktik pembelajaran yang selama ini dilakukan. Manakala guru telah merasa puas dengan apa yang dilakukan, meskipun dalam praktik sebenarnya terdapat banyak hambatan yang dihadapi, sulit bagi guru untuk memunculkan adanya masalah. Oleh karena itu, guru harus melatih kepekaannya dalam praktik pembelajaran, harus merasakan hal-hal yang menjadi kendala dalam praktik pembelajarannya. Ia harus jujur mengenai praktik pembelajaran dari sisi-sisi lemah yang masih dihadapinya. Dengan kata lain, guru harus mampu merefleksi, merenungkan secara berfikir balik, mengenai apa saja yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi sisi-sisi lemah yang mungkin ada. Dalam proses perenungan itu, terbuka peluang guru untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam praktik pembelajaran. Apa yang dirasakan kelemahan nitu dapat diangkat dalam PTK menjadi permasalahan yang akan dicarikan solusinya. Dengan kata lain, permasalahan dalam PTK diangkat yang benar-benar mrupakan masalah yang dihayati poleh guru dalamk praktik pembelajaran.
b. Identifikasi Masalah
Langkah selanjutnya dari merasakan adanya masalah adalah mengidentifikasi permasalahannya. Cara mengidentifikasi permasalahan dapat melalui sejumlah pertanyaan, misalnya:
- Apa yang g sedang terjadi sekarang?
- Apakah yang terjadi itu mengandung permasalahan?
- Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasinya?
Apabila pertanyaan tersebut telah terjawab, langkah selanjutnya adalah:
- Saya berkeinginan memperbaiki ……
- Saya memilih untuk menentukan cara baru untuk mengatasi masalah yang saya hadapi.
- Dan seterusnya
Sebagai contoh dalam pembelajaran unggah-ungguh basa Jawa, guru merasakan siswa tidak bisa membedakan penggunaan tembung karma inggil dan tembung krama, siswa selalu saja menggunakan krama inggil untuk dirinya sendiri, padahal seharusnya tembung krama inggil untuk menghormati lawan bicara atau untuk membicarakan orang ketiga. Misalnya, untuk menyatakan “Kula saweg adus”, dinyatakan dalam kalimat “Kula nembe siram”. Dalam konteks ini, guru menghadapi permasalahan dalam pembelajaran unggah-ungguh basa. Kemudian guru menemukan cara untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menerapkan metode bermain peran dalam pembelajaran unggah-ungguh basa, maka guru kemudian melakukan perencanaan tindakan untuk melaksanakan pembelajaran unggah-ungguh basa Jawa dengan menerapkan metode bermain peran.
c. Analisis Masalah
Setelah melakukan identifikasi masalah, tahap selanjutnya adalah guru menilai manakah masalah yang paling urgen untuk dipilih. Ada sejumlah petunjuk untuk memilih masalah, yaitu (a) pilih masalah yang dirasa penting oleh guru sendiri dan muridnya, atau topik yang melibatkan guru dalam rangkaian aktivitas yang memang diprogramkan oleh sekolah, (b) jangan memilih masalah yang berada di luar kemampuan dan atau kekuasaan guru untuk mengatasinya, (c) pilih dan tetapkan permasalahan yang skalanya cukup kecil dan terbatas, (d) usahakan bekerja secara kolaboratif dalam mengembangkan fokus masalah, dan (e) kaitkan PTK yang akan dilakukan dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah.
d. Perumusan Masalah
Setelah menetapkan fokus masalah serta menganalisisnya menjadi bagian-bagian yang kecil-kecil dan terfokus, maka tahap selanjutnya adalah guru merumuskan permasalahan secara lebih jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas akan membuka peluang bagi guru untuk menetapkan tindakan perbaikan yang perlu dilakukannya, jenis data yang dikumpulkan, dan penetapan tindakan yang akan dilakukan. Misalnya dalam contoh di atas, guru akan melaksanakan PTK tentang pembelajaran unggah-ungguh basa Jawa dengan menerapkan metode bermain peran, dapat dirumuskan permasalahannya menjadi “Bagaimana meningkatkan pembelajaran unggah-ungguh bahasa Jawa dengan metode bermain peran?” atau “Apakah metode bermain peran dapat meningkatkan pembelajaran unggah-ungguh bahasa Jawa?”.

##SEMOGA BERMANFAAT.

No comments:

Post a Comment