Cara Menetapkan Fokus Masalah
a. Merasakan Adanya Masalah
Pertanyaan yang mungkin timbul bagi peneliti pemula
PTK adalah bagaimana memulai penelitian tindakan. Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, mula-mula seorang guru harus merasakan ketidakpuasan terhadap praktik
pembelajaran yang selama ini dilakukan. Manakala guru telah merasa puas dengan
apa yang dilakukan, meskipun dalam praktik sebenarnya terdapat banyak hambatan
yang dihadapi, sulit bagi guru untuk memunculkan adanya masalah. Oleh karena
itu, guru harus melatih kepekaannya dalam praktik pembelajaran, harus merasakan
hal-hal yang menjadi kendala dalam praktik pembelajarannya. Ia harus jujur
mengenai praktik pembelajaran dari sisi-sisi lemah yang masih dihadapinya.
Dengan kata lain, guru harus mampu merefleksi, merenungkan secara berfikir
balik, mengenai apa saja yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran dalam
rangka mengidentifikasi sisi-sisi lemah yang mungkin ada. Dalam proses
perenungan itu, terbuka peluang guru untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam
praktik pembelajaran. Apa yang dirasakan kelemahan nitu dapat diangkat dalam
PTK menjadi permasalahan yang akan dicarikan solusinya. Dengan kata lain,
permasalahan dalam PTK diangkat yang benar-benar mrupakan masalah yang dihayati
poleh guru dalamk praktik pembelajaran.
b. Identifikasi Masalah
Langkah selanjutnya dari merasakan adanya masalah
adalah mengidentifikasi permasalahannya. Cara mengidentifikasi permasalahan
dapat melalui sejumlah pertanyaan, misalnya:
- Apa yang g sedang terjadi sekarang?
- Apakah yang terjadi itu mengandung permasalahan?
- Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasinya?
Apabila pertanyaan tersebut telah terjawab, langkah
selanjutnya adalah:
- Saya berkeinginan memperbaiki ……
- Saya memilih untuk menentukan cara baru untuk
mengatasi masalah yang saya hadapi.
- Dan seterusnya
Sebagai contoh dalam
pembelajaran unggah-ungguh basa Jawa, guru merasakan siswa tidak
bisa membedakan penggunaan tembung karma inggil dan tembung
krama, siswa selalu saja menggunakan krama inggil untuk dirinya
sendiri, padahal seharusnya tembung krama inggil untuk menghormati lawan bicara atau untuk membicarakan orang ketiga.
Misalnya, untuk menyatakan “Kula saweg
adus”, dinyatakan dalam kalimat “Kula nembe siram”. Dalam konteks ini,
guru menghadapi permasalahan dalam pembelajaran unggah-ungguh basa.
Kemudian guru menemukan cara untuk mengatasi masalah
tersebut yaitu dengan menerapkan metode bermain peran dalam pembelajaran unggah-ungguh basa, maka
guru kemudian melakukan perencanaan tindakan untuk melaksanakan
pembelajaran unggah-ungguh basa Jawa dengan menerapkan metode bermain peran.
c. Analisis Masalah
Setelah melakukan identifikasi masalah, tahap
selanjutnya adalah guru menilai manakah masalah yang paling urgen untuk
dipilih. Ada sejumlah petunjuk untuk memilih masalah, yaitu (a) pilih masalah
yang dirasa penting oleh guru sendiri dan muridnya, atau topik yang melibatkan
guru dalam rangkaian aktivitas yang memang diprogramkan oleh sekolah, (b)
jangan memilih masalah yang berada di luar kemampuan dan atau kekuasaan guru
untuk mengatasinya, (c) pilih dan tetapkan permasalahan yang skalanya cukup
kecil dan terbatas, (d) usahakan bekerja secara kolaboratif dalam mengembangkan
fokus masalah, dan (e) kaitkan PTK yang akan dilakukan dengan
prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah.
d. Perumusan Masalah
Setelah menetapkan fokus masalah serta menganalisisnya
menjadi bagian-bagian yang kecil-kecil dan terfokus, maka tahap selanjutnya
adalah guru merumuskan permasalahan secara lebih jelas, spesifik, dan
operasional. Perumusan masalah yang jelas akan membuka peluang bagi guru untuk
menetapkan tindakan perbaikan yang perlu dilakukannya, jenis data yang
dikumpulkan, dan penetapan tindakan yang akan dilakukan. Misalnya dalam contoh
di atas, guru akan melaksanakan PTK tentang
pembelajaran unggah-ungguh basa Jawa dengan menerapkan metode bermain peran, dapat dirumuskan permasalahannya menjadi “Bagaimana meningkatkan pembelajaran unggah-ungguh bahasa
Jawa dengan metode bermain peran?” atau “Apakah metode bermain peran dapat
meningkatkan pembelajaran unggah-ungguh bahasa Jawa?”.
##SEMOGA BERMANFAAT.
No comments:
Post a Comment