Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas PTK
Dari beberapa definisi tentang PTK, dapat disimpulkan tiga
karakteristik PTK, yaitu:
a. Inkuiri
Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan
pembelajaran riil dan praktis yang sehari-hari dihadapi oleh pendidik dan peserta didik. PTK bersifat practice
driven dan action driven dalam arti bahwa PTK bertujuan memperbaiki secara lansgung di sini
dan sekarang sehinga dinamakan juga penelitian praktis (pracrical inquiry). Ini
berarti bahwa PTK memusatkan perhatian pada permasalahan yang spesifik, kontekstual sehingga tidak terlalu
menghiraukan kerepresentifan sampel, karena berbeda dengan penelitian formal - tujuan PTK
bukanlah menemukan pengetahuan baru yang dapat diberlakukan secara meluas. PTK
menerapkan metodologi yang bersifat longgar dalam arti tidak memperhatikan pembakuan
instrumen, namun demikian, di fihak lain, PTK sebagai kajian yang taat kaiah, pengumpualn
data tetap dilakukan dengan menekankan objektivitas dan memegang teguh imparsialitas
sebagai acuan dalam analisis serta interpretasi data.
b. Reflektif
Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu
sikap reflektif yang berkelanjutan. Langkahlangkah dalam kegiatan reflektif
adalah (a) mengumpulkan catatan-catatan yang telah dibuat oleh peserta PTK,
seperti catatan lapangan, transkrip wawancara, pernyataan tertulis dari peserta, atau dokumen resmi; (b) menjelaskan dasar reflektif catatan-catatan
ini, dan (c) pernyataan dapat ditransformasi menjadi pertanyaan, dan sederet alternatfif
yang mungkin dapat dilaksanakan, yang beberapa penafsiran tertentu telah terfikirkan
sebelumnya.
c. Kolaboratif
Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat
dilakukan sendiri oleh pendidik, tetapi ia harus berkolaborasi dengan pendidik lain. Peneliti dalam PTK
hendaknya selalu diingat bahwa dia adalah bagian dari situasi
yang diteliti, dia bukan hanya pengamat, tetapi juga terlibat langsung dalam proses situasi tersebut. Kolaborasi di antara keanggotaan
situasi itulah yang memungkinkan proses itu berlangsung. Koraborasi yang dimaksud di sini adalah
sudut pandang setiap orang akan dianggap memberikan andil pada pemahaman, tidak ada sudut
pandang seseorang yang akan dipakai sebagai pemahaman tuntas dan mumpuni dibandingkan
dengan sudut-sudut pandang yang lain. Untuk menjami adanya kolaborasi penelitian,
dalam PTK hendaknya memulai pekerjaannya dengan mengumpulkan sejumlah sudut pandang, dan sederet sudut pandang itulah yang memberikan struktur dan makna awal pada
situasi yang diteliti, namun perlu diingat bahwa bekerja secara kolaboratif tidak berarti
memadukan semua sudut pandang ini untuk mencapai kesepakatan melalui evaluasi, sebaliknya ragam
sudutpandang itulah yang menjadikan sumber daya yang kaya, dan dengan menggunakan sumber daya inilah, analisis peneliti dapat mulai bisa bergeser keluar dari titik awal
yang tak terhindarkan menuju gagasan-gagasan yang telah secara antarpribadi
dinegosiasikan. Jadi, sudut pandang siapa pun, termasuk sudut pandang siswa harus dipikirkan secara serius.
Hubungan kolaboratif dan objektivitas digambarkan: (a) proses kolaboratif berfungsi
sebagai tantangan terhadap keobjetivan seseorang, (b) proses kolaboratif melibatkan pemeriksaan
terhadap antardata yang disediakan oleh berbagai orang yang terlibat dalam penelitian,
(c) keluaran proses kolaboratif adalah sederet analisis yang didasari hubungan yang melekat
dan diperlukan, baik logis maupun empiris, dan (d) keluaran proses kolaboratif adalah usulan
praktis.
No comments:
Post a Comment