PERCEPATAN
EKONOMI PEDESAAN MELALUI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
Pertumbuhan
ekonomi Riau selama periode tahun 2005-2010 sebesar 14,35 persen, pertumbuhan
yang tinggi ini ditopang oleh sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan.
Pada tahun 1996 sektor pertanian sebagai tulang punggung ekonomi rakyat
pedesaan Riau hanya mengalami pertumbuhan sebesar 2 persen sementara sektor
industri melaju sebesar 14 persen. Namun pada tahun 2002 sektor pertanian sudah
mulai membaik dengan angka pertumbuhan sebesar 6,06 persen, sedangkan sektor
industri 12,47 persen. Selama periode 2005- 2010 perumbuhan sektor pertanian
atas dasar harga konstan 4,08 persen, sedangkan atas dasar harga berlaku
sebesar 19,07 persen. Tingginya pertumbuhan sektor pertanian karena ditunjang
oleh tanaman perkebunan yang berorientasi ekspor seperti kelapa sawit, karet,
gambir, dan sebagainya.
Pemerintah
Daerah Riau mencanangkan pembangunan Daerah Riau melalui program pemberantasan
kemiskinan, kebodohan dan pembangunan infrastruktur (lebih dikenal dengan
program K2I). Setiap pembangunan yang dilaksanakan di Daerah Riau harus mengacu
kepada Program K2I. Karena pembangunan daerah sangat ditentukan oleh potensi
yang dimiliki oleh suatu daerah, maka kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah
daerah harus mengacu kepada potensi daerah yang berpeluang untuk dikembangkan,
khususnya sektor perkebunan (kelapa sawit, karet, dan kelapa. Sampai saat ini
kelapa sawit merupakan tanaman primadona masyarakat Riau. Ada beberapa alasan
kenapa Pemerintah Daerah Riau mengutamakan kelapa sawit sebagai komoditas
utama, antara lain: Pertama, dari segi fisik dan lingkungan keadaan daerah Riau
memungkinkan bagi pengembangan perkebunan kelapa sawit. Kondisi daerah Riau
yang relatif datar memudahkan dalam pengelolaan dan dapat menekan biaya
produksi; Kedua, kondisi tanah yang memungkinkan untuk ditanami kelapa sawit
menghasilkan produksi lebih tinggi dibandingkan daerah lain; Ketiga, dari segi
pemasaran hasil produksi Daerah Riau mempunyai keuntungan, karena letaknya yang
strategis dengan pasar internasional yaitu Singapura; Keempat, Daerah Riau
merupakan daerah pengembangan Indonesia Bagian Barat dengan dibukanya kerjasama
Indonesia Malaysia Singapore Growth Triangle (IMS-GT) dan Indonesia Malaysia
Thailand Growth Triangle (IMT-GT), berarti terbuka peluang pasar yang lebih
menguntungkan; dan kelima, berdasarkan hasil yang telah dicapai menunjukkan
bahwa kelapa sawit memberikan pendapatan yang lebih tinggi kepada petani
dibandingkan dengan jenis tanaman perkebunan lainnya (Syahza, 2002). Kelapa
sawit merupakan pengembangan subsektor perkebunan yang berbasis agribisnis.
Aktivitas perkebunan kelapa sawit dan produk turunannya memberikan nilai tambah
yang tinggi di sektor perokonomian. Menurut Gumbira-Sa’id, E. dan L. Febriyanti
(2005), sektor agribisnis merupakan lapangan kerja yang berperan besar dalam
penurunan tingkat pengangguran. Karena itu pengembangan pertanian sudah
seharusnya dipusatkan kepada pengembangan produktivitas yang dicapai melalui
manajemen agribisnis yang ditata dengan baik. Agribisnis mencakup keseluruhan
perusahaan yang terkait dengan kegiatan usahatani dan pemasarannya sehingga
produksinya sampai pada konsumen akhir. Agribisnis meliputi seluruh sektor
bahan masukan usahatani, terlibat dalam proses produksi, dan pada akhirnya
menangani pemprosesan, penyebaran, penjualan secara borongan dan eceran produk
kepada konsumen akhir. Agribisnis merupakan sektor perekonomian yang
menghasilkan dan mendistribusikan masukan bagi pengusahatani, memasarkan, dan
memproses serta mendistribusikan produk usahatani kepada pemakai akhir. Di masa
lalu, petani di pedesaan berada pada mata rantai yang memberikan nilai tambah
kecil (pertanian primer) dalam keseluruhan kegiatan ekonomi yang berbasis
pertanian, mulai dari industri hulu hingga hilir, sehingga wajar jika
pendapatan petani rendah. Sementara mereka yang menguasai mata rantai kegiatan
ekonomi yang memberikan nilai tambah besar seperti industri hulu dan hilir
pertanian beserta kegiatan perdagangannya, mampu berkembang dan menjadi
konglomerat besar. Oleh sebab itu kita perlu memperkuat ekonomi rakyat agar
mampu merebut nilai tambah yang besar. Menurut Saragih (2001a) dalam upaya
penguatan ekonomi rakyat, industrialisasi pertanian merupakan syarat keharusan
(necessary condition). Industrialisasi menjamin iklim makro kondusif bagi
pengembangan ekonomi rakyat yang sebagian besar berada pada kegiatan ekonomi
berbasis pertanian. Untuk penguatan ekonomi rakyat secara riil, diperlukan
syarat kecukupan (sufficient condition) berupa pengembangan organisasi bisnis
petani yang dapat merebut nilai tambah yang tercipta pada setiap mata rantai
ekonomi dalam industrialisasi pertanian. Hasil penelitian Syahza (2007),
kegiatan agribisnis melalui pembangunan perkebunan kelapa sawit di daerah Riau
membawa perubahan besar terhadap keadaan masyarakat pedesaan. Di samping itu
dengan berkembangnya perkebunan kelapa sawit juga merangsang tumbuhnya industri
pengolahan yang bahan bakunya dari kelapa sawit. Pembangunan perkebunan kelapa
sawit mempunyai dampak ganda terhadap ekonomi wilayah, terutama sekali dalam
menciptakan kesempatan dan peluang kerja. Pembangunan perkebunan kelapa sawit
ini telah memberikan tetesan manfaat (trickle down effect), sehingga dapat
memperluas daya penyebaran (power of dispersion) pada masyarakat sekitarnya.
Semakin berkembangnya perkebunan kelapa sawit, semakin terasa dampaknya
terhadap tenaga kerja yang bekerja pada sektor perkebunan dan sektor
turunannya. Dampak tersebut dapat dilihat dari peningkatan pendapatan
masyarakat petani, sehingga meningkatnya daya beli masyarakat pedesaan, baik
untuk kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder. Berdasarkan peran kelapa
sawit terhadap perekonomian pedesaan dan perkembangan luas areal perkebunan
kelapa sawit di daerah Riau, maka penelitian ini mencoba mengidentifikasi
dampak pembangunan perkebunan kelapa sawit terhadap percepatan pembangunan
ekonomi masyarakat di pedesaan dalam upaya mengentaskan kemiskinan melalui
peningkatan pendapatan masyarakat petani. Untuk itu rumusan masalah yang
diteliti adalah: 1) Apakah kegiatan kelapa sawit dapat menciptakan multiplier
effect ekonomi yang besar di daerah pedesaan? 2) Apakah pembangunan perkebunan
kelapa sawit di daerah Riau dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
pedesaan? Setelah penelitian ini dilakukan dapat memberikan gambaran perkembangan
pembangunan perkebunan kelapa sawit dan dampaknya terhadap perkembangan ekonomi
masyarakat pedesaan khususnya upaya mengentaskan kemiskinan bagi masyarakat
petani di pedesaan.
No comments:
Post a Comment