(Secara
dinamis) indonesia itu “satu”, sebagaimana sejak proklamasi kemerdekaan
dahulu sudaah diikrarkan dari sanubari seluruh bangsa bahwa indonesia itu “satu
nusa, satu bangsa, dan satu bahasa”. Ikrar ini benar-benar mencakup seluruh
orang indanesia tak terkecuali, tidak seperti apa yang ada di amerika serikat
yang berbunyi “we the people”. Di indonesia, etnis selain etnis
indonesia relatif kecil jumlahnya, dan jika ada konsentrasi, hanya di beberapa
wilayah tertentu saja. Dan perbedaaan itu pun sebenarnya lebih hanya sebagai
warisan penjajahan belanda yang secara sengaja diskriminatif untuk keperluan
politisnya. Itulah mengapa di indonesia lebih di kenal dengan adanya
multisubetnis yang berarti sukubangsa dari pada multietnis. Sebagai contoh
budaya Sunda dan budaya Jawa, semua itu adalah budaya Indonesia, bahkan budaya
arab dan cina pun yang ada di Indonesia diakui sebagai budaya Indonesia (adanya
qasidah dan barongsai). Yang lebih sensitif lagi sebenarnya multi religi, bukan
multikultur. Benturan antar pemeluk agama, bahkan antar penganut madzhab,
aliran atau sekte dalam satu agama pun bisa terjadi, dan hal ini biasanya
karena adanya kepentingan politik, meskipun begitu semua pemeluk agama di
indonesia bisa hidup berdampingan tanpa halangan.
Diskriminasi
etnis dan kultur di indonesia: kultur indonesia itu sebagian besar
merupakan isolated culture yang jarang bersentuhan apalagi bersinggungan
dengan budaya lain, sehingga konflik budaya sangat jarang terjadi, seperti juga
konflik etnis, jika pun ada itu sebenarnya bukan karena faktor etnisitasnya
melainkan ada faktor lain seperti sengketa tanah, politik, persoalan pribadi,
dan sebagainya). Jadi dapat disimpulkan bahwa di indonesia itu tidak
pernah ada diskriminasi rasial, etnis, atau kultural, sehingga apabila akan
diimplementasikan di indonesia, sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengatasi
diskriminasi rasial, etnis, atau kultural. Karena walaupun ada hal seperti itu
adalah dikarenakan orang-orang tertentu yang disebabkan oleh masalah politik,
kesenjangan ekonomi, dan lain-lain.
No comments:
Post a Comment