Manusia
sebagai makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain. Meskipun hidup penuh
kecukupan, kecerdasan yang cukup dan kekuatan fisik yang cukup, ia akan selalu
membutuhkan lingkungan dimana dia bisa berbagi, saling memberi support dan
bergotong royong. Dia tidak hanya membutuhkan agama, ilmu pengetahuan, atau
hiburan atau kesenian, tapi juga kebersamaan. Semuanya diperlukan. Karena
dengan agama hidup lebih terarah, dengan pengetahuan hidup akan lebih mudah,
dengan seni hidup lebih indah dan dengan kebersamaan hidup akan lebih
berfaidah.
Dalam
definisi singkat, teamwork merupakan serangkaian nilai, sikap dan
perilaku dalam sebuah tim. Sehingga tidak selalu terdiri dari sekumpulan orang
dengan gaya, sikap, maupun cara kerja yang sama. Perbedaan antar tim justru
merupakan potensi yang akan membuat sebuah tim menjadi kreatif dan inovatif
sebagai proses keunggulan. Untuk mencapai kerjasama tim yang baik perlu
ditumbuhkan sikap-sikap positif di antara anggota tim. Antara lain kebiasaan
untuk saling mendengarkan sehingga tercipta komunikasi yang baik, memberikan
dukungan kepada anggota tim yang membutuhkan, dan apresisasi terhadap
kontribusi dan pencapaian yang diperoleh dari setiap anggota tim. Sebuah team
work akan menjadi penentu mulus tidaknya perjalanan organisasi. Sebab itu
sangat diperlukan adanya kerjasama yang baik dalam melaksanakan tanggung jawab
dalam keorganisasian.[1]
Melalui
kerjasama dan saling berbagi pengetahuan serta ketrampilan, sebuah tim
seringkali mampu menyelesaikan tugas secara efektif, ketimbang dilakukan oleh
seorang individu. Tim boleh jadi merupakan kelompok kerja yang relatif
permanen, namun juga bisa bersifat temporer yang bertugas untuk menyelesaikan
sebuah proyek tertentu. Tim yang relatif
permanen biasanya dinamakan “natural team work”, sedangkan yang temporer banyak
disebut sebagai “a cross-functional action team” biasanya terdiri dari
orang-orang dari berbagai bagian atau departemen. Bentuk tim yang dianggap
paling maju adalah “self-directed”, karenanya tim semacam ini kurang memerlukan
pengawasan, dan memiliki otoritas penuh dalam penyelesaian tugas-tugasnya. Agar
tim bisa bekerja secara efektif dalam mengembangkan motivasi, kedekatan, dan
produktivitas, banyak organisasi yang memandang pembangunan tim merupakan salah
satu aspek dari pengembangan organisasi. Tim yang telah terbentuk lama dan
berada dalam tahap kedewasaan/stabil cenderung untuk menolak berpikir secara
kritis dalam tim. Masing-masing anggota mempercayai bahwa mereka sudah dapat
membaca pikiran setiap orang dalam tim tersebut. Hasilnya, para anggota akan
merasa enggan untuk mengemukakan pendapat mereka karena mereka tidak ingin
beradu pendapat dengan yang lain.[2]
Permasalahan lain yang terjadi dalam kerja team adalah
kesuksesan-kesuksesan yang mereka capai di awal akan membuat mereka hanya
bertumpu pada masalah dan tugas yang sederhana saja untuk dihadapi. Seharusnya
seiring berjalannya waktu, tim ini harus mencoba untuk memecahkan
maslah-masalah dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Tim akan terjebak
dalam proses dan rutinitas belaka yang menjadikan mereka enggan untuk mencapai
kesempurnaan dalam hal yang dilakukan seperti saat dulu mereka pertama kali terbentuk.
Ini juga menyebabkan proses internal dalam tim tidak lagi berjalan mulus. Lebih
banyak konflik yang terjadi dalam tim, komunikasi menurun, dan performa tim
akan menurun drastis.
Anggota tim harus
setuju siapa dapat melakukan apa
dan memastikan seluruh anggota berkontribusi secara sama dalam pembagian beban
pekerjaan. Sebagai tambahan, tim perlu menentukan bagaimana jadual kerja tim
sebaiknya dirancang, skill apa
yang dibutuhkan bagi kemajuan tim, bagaimana kelompok menyelesaikan konflik,
dan bagaimana kelompok membuat dan memodifikasi keputusan yang sebelumnya
pernah dibuat. Kepemimpinan tidak selalu dibutuhkan. Bukti-bukti menunjukkan
bahwa tim yang bekerja secara mandiri kerap menunjukkan kinerja yang lebih baik
ketimbang tim yang punya pemimpin yang diangkat secara formal. Pemimpin dapat
merusak kinerja, baik tatkala mereka ikut campur dalam kerja-kerja yang tengah
dilakukan tim manajemen. Dalam manajemen tim, anggota tim menyerap
banyak pekerjaan secara leibh besar ketimbang yang bisa diasumsikan evaluasi berorientasi
individu dan harus dimodifikasi guna merefleksikan kinerja tim. Evaluasi
kinerja individu seperti upaya resmi per-jam, insentif individu, dan sejenisnya
tidak konsisten dengan perkembangan kinerja tinggi yang ditunjukkan tim. Jadi,
selaku tambahan guna pengevaluasian dan bagi kontribusi individualnya di dalam
tim, manajemen harus mempertimbangkan penilaian
berdasar kelompok, pembagian keuntungan, insentif kelompok, dan modifikasi
sistem lainnya yang akan menguatkan upaya dan komitmen tim.
Efektifitas
tim kerja didasarkan pada dua hasil, hasil produktif dan kepuasan
pribadi. Kepuasan berkenaan dengan kemampuan tim untuk memenuhi kebutuhan
pribadi para anggotanya dan kemudian mempertahankan keanggotaan serta komitmen mereka.
Hasil produktif berkenaan dengan kualitas dan kuantitas hasil kerja seperti
yang didefinisikan oleh tujuan – tujuan tim. Faktor – faktor yang mempengaruhi
efektifitas tim yaitu konteks organisasional, struktur, strategi, lingkungan
budaya, dan system penghargaan. Karakter tim yang penting adalah jenis,
struktur, dan komposisi tim. Karakteristik – karakteristik tim ini mempengaruhi
proses internal tim, yang kemudian mempengaruhi hasil dan kepuasan. Para
pemimpin harus memahami dan mengatur tingkat – tingkat perkembangan,
kekompakan, norma – norma, dan konflik supaya dapat membangun tim yang efektif.
Budaya
untuk membentuk tim yang tangguh antara lain:
a.
Visi
dan misi.
b.
Saling
percaya (trust)
c.
Empati
d.
Menghormati
setiap individu
e.
Berpikir
positif
f.
Kerja
sama
g.
Rela
berkorban
h.
Suka
tantangan dan hal baru[3]
Dalam mengerjakan suatu pekerjaan, setiap orang pastinya
akan membutuhkan bantuan orang lain maka setiap orang akan membentuk tim atau
kelompok. Selain dapat bantuan dalam menyelesaikan tugas, tujuan dari bekerja
dalam tim adalah:
a.
Untuk
memperlancar aktivitas pekerjaan.
b.
Untuk
memanfaatkan potensi setiap anggota kelompok.
c.
Untuk
bekerja bersama-sama.
d.
Ada
pembagian tugas,wewenang yang jelas dan adil untuk setiap anggota tim.
e.
Untuk
mengefisiensikan waktu dan biaya
Sebenarnya bila bekerja dalam satu tim, membawa banyak
manfaat selain mempercepat penyelesaian pekerjaan. Adapun manfaat dari bekerja
dalam satu tim adalah:
a.
Terciptanya
persatuan dan kebersamaan
Dalam
bekerja satu tim, perbedaan-perbedaan yang ada dapat disatukan, sehingga rasa
persatuan dan kebersamaan antaranggota tim akan tercipta.
b.
Meringankan
beban pekerjaan dan beban biaya yang ditanggung
Beban
pekerjaan yang banyak dan berat akan terasa lebih mudah jika dikerjakan
bersama-sama (satu tim). Dan setiap pekerjaan pasti membutuhkan biaya, tetapi
jika pekerjaan tersebut dibebankan kepada banyak orang akan terasa biaya lebih
ringan.
c.
Meningkatkan
produktivitas
Dengan
bekerja dalam satu tim, pekerjaan akan lebih cepat diselesaikan, jumlah
yang dihasilkan lebih banyak dan kualitas yang dihasilkan lebih baik sehingga
meningkatkan produktivitas.[4]
Anggota
tim harus sependapat mengenai siapa melakukan apa dan memastikan bahwa semua
anggota menyumbang secara sama dalam berbagi beban kerja. Disamping itu tim
perlu menetapkan bagimana jadwal ditentukan, keterampilan apa yang diperlukan
untuk dikembangkan, bagimana kelompok akan memecahkan konflik, dan bagaimana
kelompok akan mengambil dan memodifikasi keputusan. Menyepakati mengenai
hal-hal yang spesifik dari kerja dan bagimana hal itu cocok dalam
memadukan keterampilan-keterampilan individual menuntut kepemimpinan dan
struktur
Pembentukan
budaya dalam organisasi tim senantiasa selalu berkembang dalam tahapan
permasalahan dan pengambilan keputusannya, dalam hal ini yang penting untuk di
ingat dalah menciptakan budaya yang saling mengikat satu pimpinan dengan semua
anggotanya, dengan igtu budaya organisasi dapat di lakukakn dengan melakukan
pendekatan secara mendalah, contohnya, pendekatan kepada kekeluargaan, jadi dengan
menciptakan budaya organisasi dengan kekeluargaan diharapkan anggotadi dalam
organisasi memiliki rasa memiliki sebagai mencapai tujuan bersama dalam tim,
Permasalahan
yang sering dihadapi pada tim iala komunikasi, komunikasi yang di ciptakan oleh
pemimpin kepada bawahan dan komunikasi
yang di lakukan oleh bawahan ke atasan, komunikasi ini pada pendekatan
kekeluargaan dalam budaya organisasi akan menciptakan suasana yang dingin dalam
perbedaan pendapat dengan saling memiliki plluralitas menerima masukan,
pendapat dari rekan sesama anggota tim ataupun dari pimpinan tim. Tidak hanya
itu, komunikasi perlu di lakukan dengan berbasa basi untuk menciptakan suasana
yang saling mempunyai dan bersosialisasi . pembentukan budaya organisasi dalam
tim tidak luput dari sosialisasi baik lisan atau gaya tubuh yang sering di
tunjukkan organisasi, namun itu semua di butuhkan yang namnya sosial open,
sosialisasi keterbukaan dengan tidak adanya hal yang saling di tutupi, untuk
mempermudah demikelancaran kerja tim mencapai tujuannya.
Kesimpulannnya
adalah budaya organisasi tercipta karena adanya sekelompok manusia yang
memiliki tujuan bersama, pemikiran yang perlu di terapkan kepada sekelompok
organisasi atau tim yaitu saling percaya, empati, menghormati setiap individu,
berfikir posistif, gotong royong, rela berkorban, suka tantangan dan hal baru.
Pendekatan kekeluargaan sangat di sarankan dalam kerja sama tim, pasalnya
dengan kekeluargaan kelemahan yang sering di hadapi tim sangat minim, apabila
memutuskan masalah juga melalui pendeakatan kekeluargaan tetntunya sedikit
membanu dalam hal rasa saling menghormati.
Daftar pustaka
[1] http://shiftindonesia.com/6-karakteristik-yang-dibutuhkan-untuk-menciptakan-tim-yang-solid/
[2] https://manajemenppm.wordpress.com/2013/06/12/membentuk-tim-yang-efektif/
[3] http://ridwanjuli.blogspot.co.id/2011/04/menerapkan-bekerja-dalam-tim.html
[4] http://habibiarifin.blogspot.co.id/2010/05/budaya-organisasi-dan-budaya-kerja.html
No comments:
Post a Comment