Pembelajaran interaktif merupakan pendekatan
belajar yang merujuk pada pandangan konstruktivis.
MenurutMargaretha, model pembelajaran interaktif
menitikberatkan pada pertanyaan siswa sebagai ciri sentralnya dengancaramenggalipertanyaan-pertanyaansiswa.
SedangkanSuparmanmengemukakanbahwa model pembelajaraninteraktifmerupakan proses
yang memungkinkan para pembelajaraktifmelibatkandiridalamkeseluruhan proses,
baiksecara mental maupunsecarafisik. Hal inidiperkuatoleh Faire dan Cosgrove
yang mengemukakanbahwa model pembelajaraninteraktifdirancang agar
siswamaubertanya, kemudianmenemukanjawabanmerekasendiri. (Abdul Majid,
2014:84).
Dalam hal ini siswa diberi kesempatan untuk melibatkan
keingintahuannya dengancaramembuatpertanyaanmengenai topik yang akan dipelajari, kemudian melakukan
penyelidikan atas pertanyaan yang mereka ajukan sendiri, sehingga dapat menemukan jawaban atas pertanyaannya
sendiri. Siswa bertanya melalui aktivitas terbuka dengan berbagai alasan. Siswa
diminta mendialogkan dengan teman dikelas dengan priode waktu tertentu dan
sudah di buat serta disepakati sebelumnya.[1]
Jenis pertanyaan yang muncul akan
bermacam-macam dan mungkin tidak jelas, tidak terpusat pada topik yang sedang
dipelajari atau pertanyaan yang jawabannya dapat dijawab tanpa penyelidikan.
Oleh karena itu, guru perlu mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan dari siswa,
kemudian menuliskan setiap pertanyaan pada papan tulis.Pertanyaan-pertanyaan
itu kemudian bersama-sama dipilih oleh siswa untuk diselidiki jawabannya.
Beberapa pertanyaan yang memiliki maksud yang sama juga dipilih satu. Mungkin
ada beberapa pertanyaan yang muncul perlu diubah agar mudah dipahami oleh
siswa. Di sini guru membantu siswa dalam mengungkapkan bahasa lisan menjadi
bahasa tulisan. Dengan demikian dari banyak pertanyaan yang muncul tinggal
beberapa saja. Setelah terpilih sesuai dengan kesepakatan bersama siswa,
kemudian pertanyaan tersebut dituangkan dalam suatu aktivitas.
Guru
dalam proses belajar mengajar yang interaktif dapat mengembangkan teknik
bertanya efektif atau melakuakan dialog kreatif dengan mengajukan pertanyaan
kepada siswa. Sifat pertanyaan dapat mengungkapkan sesuatu atau memiliki sifat
inkuiri sehingga melalui pertanyaan yang diajukan, siswa dikembangkan
kemampuannya kea rah berfikir kreatif dalam menghadapi sesuatu. Beberapa
komponon yang harus dikuasai oleh guru dalam menyampaikan pertanyaan yaitu
pertanyaan harus mudah dimengerti oleh siswa, memberi acuan, pemusatan
perhatian, pemindahan giliran dan penyebaran, pemberian waktu berpikir kepada
siswa serta pemberian tuntutan.
Sedangkan
jenis pertanyaan untuk mengembangkan model dialog kreatif ada enam jenis yaitu
: pertanyaan mengingat, mendeskripsikan, menjelaskan, sintesis, menilai dan
pertanyaan terbuka. Untuk meningkatkan interaksi dalam proses belajar mengajar,
guru hendaknya mengajukan pertanyaan dengan memberi kesempatan kepada siswa
untuk mendiskusikan jawaban dan menjadi dinding pemantul atas jawaban siswa.
Sementara itu Ahmadi (1984:35) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil
yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini hasil belajar berupa perwujudan
prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada nilai setiap mengikuti tes hasil
belajar.
Model pembelajaran interaktif
memberikan struktur pengajaran sains yang melibatkan pengumpulan dan
pertimbangan atas pertanyaan-pertanyaan siswa. Siswa diajak untuk berpikir
tentang konsep yang akan dipelajari, kemudian direfleksikan melalui
keingintahuannya dan diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian dijawab sendiri oleh siswa melalui
penyelidikan. Guru tidak terlibat terlalu jauh dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan siswa tetapi menjawab pertanyaan siswa dengan pertanyaan,
sehingga siswa akan menemukan sendiri jawaban atas pertanyaanya sendiri.
Keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran merupakan faktor penting, kegiatan aktif ini
seharusnya tidaklah hanya berupa keterlibatan secara fisik belaka, tetapi
hal yang lebih utama adalah keterlibatan mental atau intelektual, khususnya
keterlibatan intelektual-emosional. Keterlibatan intelektual memberi peluang
terjadinya asimilasi atau akomodasi kognitif terhadap pengetahuan baru, serta
terbentuknya meta-kognisi (kesadaran dan kemampun untuk mengendalikan proses
kognitifnya itu).[2]
Terdapat
beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam upaya mengoptimalkan keaktifan
murid dalam belajar, baik dipandang dari pihak pebelajar, maupun dari pihak
pengelola proses pembelajaran. Proses-proses belajar itulah yang harus
diperhatikan dalam menerapkan CBSA, yaitu :
1.
Penumbuhan
motivasi, baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik
2.
Pemantapan
latar dari materi yang akan dipelajari, khususnya pemberian apersepsi / kaitan.
3.
. Mengupayakan
keterarahan terhadap suatu fokus, seperti suatu konsep inti ataupun
permasalahan sehingga siswa dapat memusatkan perhatian serta mengaitkan /
menghubungkan keseluruhan bahan yang sedang dipelajari
4.
Belajar sambil
bekerja, sambil bermain, ataupun kegiatan lainnya
5.
Penyesuaiandenganperbedaan
individual
6.
Peluang untuk
bekerjasama dengan berbagai pola interaksi
7.
Peluang untuk
menemukan sendiri informasi / konsep
8.
Penumbuhan
kepekaan mencari masalah dan memecahkannya
[1]Kelvin Seifert. Manajemen Pembelajaran dan Intruksi pendidikan.
Manajemen mutu Psikologi pendidikan dan para pendidik. Yogyakarta. IRCiSoD.
2010, hlm 227
[2] Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta,
Universitas Terbuka. 1999, hlm 261
[3]http://azkiyatunnufus.blogspot.co.id/2011/12/strategi-pembelajaran-paikem.html
No comments:
Post a Comment