Tuesday, March 14, 2017

Pembelajaran interaktif

Pembelajaran interaktif merupakan pendekatan belajar yang merujuk pada pandangan konstruktivis. MenurutMargaretha, model pembelajaran interaktif menitikberatkan pada pertanyaan siswa sebagai ciri sentralnya dengancaramenggalipertanyaan-pertanyaansiswa. SedangkanSuparmanmengemukakanbahwa model pembelajaraninteraktifmerupakan proses yang memungkinkan para pembelajaraktifmelibatkandiridalamkeseluruhan proses, baiksecara mental maupunsecarafisik. Hal inidiperkuatoleh Faire dan Cosgrove yang mengemukakanbahwa model pembelajaraninteraktifdirancang agar siswamaubertanya, kemudianmenemukanjawabanmerekasendiri. (Abdul Majid, 2014:84).
Dalam hal ini siswa diberi kesempatan untuk melibatkan keingintahuannya dengancaramembuatpertanyaanmengenai topik yang akan dipelajari, kemudian melakukan penyelidikan atas pertanyaan yang mereka ajukan sendirisehingga dapat menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri. Siswa bertanya melalui aktivitas terbuka dengan berbagai alasan. Siswa diminta mendialogkan dengan teman dikelas dengan priode waktu tertentu dan sudah di buat serta disepakati sebelumnya.[1]
Jenis pertanyaan yang muncul akan bermacam-macam dan mungkin tidak jelas, tidak terpusat pada topik yang sedang dipelajari atau pertanyaan yang jawabannya dapat dijawab tanpa penyelidikan. Oleh karena itu, guru perlu mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan dari siswa, kemudian menuliskan setiap pertanyaan pada papan tulis.Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian bersama-sama dipilih oleh siswa untuk diselidiki jawabannya. Beberapa pertanyaan yang memiliki maksud yang sama juga dipilih satu. Mungkin ada beberapa pertanyaan yang muncul perlu diubah agar mudah dipahami oleh siswa. Di sini guru membantu siswa dalam mengungkapkan bahasa lisan menjadi bahasa tulisan. Dengan demikian dari banyak pertanyaan yang muncul tinggal beberapa saja. Setelah terpilih sesuai dengan kesepakatan bersama siswa, kemudian pertanyaan tersebut dituangkan dalam suatu aktivitas.
Guru dalam proses belajar mengajar yang interaktif dapat mengembangkan teknik bertanya efektif atau melakuakan dialog kreatif dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Sifat pertanyaan dapat mengungkapkan sesuatu atau memiliki sifat inkuiri sehingga melalui pertanyaan yang diajukan, siswa dikembangkan kemampuannya kea rah berfikir kreatif dalam menghadapi sesuatu. Beberapa komponon yang harus dikuasai oleh guru dalam menyampaikan pertanyaan yaitu pertanyaan harus mudah dimengerti oleh siswa, memberi acuan, pemusatan perhatian, pemindahan giliran dan penyebaran, pemberian waktu berpikir kepada siswa serta pemberian tuntutan.
Sedangkan jenis pertanyaan untuk mengembangkan model dialog kreatif ada enam jenis yaitu : pertanyaan mengingat, mendeskripsikan, menjelaskan, sintesis, menilai dan pertanyaan terbuka. Untuk meningkatkan interaksi dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya mengajukan pertanyaan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban dan menjadi dinding pemantul atas jawaban siswa. Sementara itu Ahmadi (1984:35) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini hasil belajar berupa perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada nilai setiap mengikuti tes hasil belajar.
Model pembelajaran interaktif memberikan struktur pengajaran sains yang melibatkan pengumpulan dan pertimbangan atas pertanyaan-pertanyaan siswa. Siswa diajak untuk berpikir tentang konsep yang akan dipelajari, kemudian direfleksikan melalui keingintahuannya dan diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian dijawab sendiri oleh siswa melalui penyelidikan. Guru tidak terlibat terlalu jauh dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa tetapi menjawab pertanyaan siswa dengan pertanyaan, sehingga siswa akan menemukan sendiri jawaban atas pertanyaanya sendiri.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan faktor penting, kegiatan aktif ini seharusnya tidaklah  hanya berupa keterlibatan secara fisik belaka, tetapi hal yang lebih utama adalah keterlibatan mental atau intelektual, khususnya keterlibatan intelektual-emosional. Keterlibatan intelektual memberi peluang terjadinya asimilasi atau akomodasi kognitif terhadap pengetahuan baru, serta terbentuknya meta-kognisi (kesadaran dan kemampun untuk mengendalikan proses kognitifnya itu).[2]
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam upaya mengoptimalkan keaktifan murid dalam belajar, baik dipandang dari pihak pebelajar, maupun dari pihak pengelola proses pembelajaran. Proses-proses belajar itulah yang harus diperhatikan dalam menerapkan CBSA, yaitu :
1.      Penumbuhan motivasi, baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik
2.      Pemantapan latar dari materi yang akan dipelajari, khususnya pemberian apersepsi / kaitan.
3.      .    Mengupayakan keterarahan terhadap suatu fokus, seperti suatu konsep inti ataupun permasalahan sehingga siswa dapat memusatkan perhatian serta mengaitkan / menghubungkan keseluruhan bahan yang sedang dipelajari
4.      Belajar sambil bekerja, sambil bermain, ataupun kegiatan lainnya
5.      Penyesuaiandenganperbedaan individual
6.      Peluang untuk bekerjasama dengan berbagai pola interaksi
7.      Peluang untuk menemukan sendiri informasi / konsep
8.      Penumbuhan kepekaan mencari masalah dan memecahkannya
9.      Mengupayakan keterpaduan, baik asimilasi maupun akomodasi kognitif[3].



[1]Kelvin Seifert. Manajemen Pembelajaran dan Intruksi pendidikan. Manajemen mutu Psikologi pendidikan dan para pendidik. Yogyakarta. IRCiSoD. 2010, hlm 227
[2] Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta, Universitas Terbuka. 1999, hlm 261
[3]http://azkiyatunnufus.blogspot.co.id/2011/12/strategi-pembelajaran-paikem.html

No comments:

Post a Comment