Tentang
sosiologi dan multicultural, Perbedaan anatar keduannya sangat
berkesinambungan, antara cara menghadapi permasalahan multikultur dan
sosiologi. Penempatan keduannya sangat di harapkan mampu menjadi idealism
bangsa ini, dengan permasalahan sosiologi untuk memecahkan probelama kemudian
menganalisis untuk menjadi makhluk sosial bagi kebangsaan. Multikulturalisme
yang di harapkan mampu menjunjunng tinggi ke-Indonesiaan dengan hidup
bersosiologi sebagaimana kekayaan bangsa yang kita miliki, Persatuan dan kesatuan yang wajib kita junjung
tinggi demi hidup berdampingan dengan perbedaan suku budaya ras keyakinan untuk
mencapai kesempurnaan hidup.
Dari
awal sebelum bangsa ini memproklamasikan kemerdekaan , para pencetus ide bangsa
ini berupaya untuk mengayomi perbedaan kulturalisme sebagai suatu kesatuan
“Bhineka Tunggal Ika”. Multikulturalisme dan sosiologi menimbulkan manfaat yang
sangat besar bagi Indonesia,sebagaimana untuk pertahanan dan perdamaian abadi
bagi seluruh rakyat Indonesia. Pilar-pilar yang di cetuskan oleh bangsa
Indonesia yang mengajak kepada keadilan sosial. Dengan menggunakan pedoman UUD,
pancasila, ke-Bhinekaan, serta NKRI. Sebagai
pemersatu bangsa ini,di butuhkan kesadaran dari individu manusiannya, untuk
mencapai kedaulatan rakyat. Kekayaan etnis,budaya serta bahasa menunjuk kepada sebagai bangsa yang besar. Menengok pada sisi
sejarah, ketika bangsa portugis belanda dan jepang masuk di Indonesia, para
pencetus pemersatu bangsa Indonesia, tetap mempertahankan kesatuan dan
persatuan, kedudukan jepang sedikit membatu perjuangan para pencetus ntuk
menggunakan bahasa kesatuan dan kesatuan
yaitu bahasa di Indonesia sebagai bahasa utama pengantar di kantor dan lembaga
pendidikanpadamassanya . Akan budaya saat ini “globalisasi” di butuhkan
pemersatu suku, bangsa, dan budaya untuk menjadi kesatuan republic Indonesia.
Permasalahan yang di hadapi di era modern ini merupakan rasa egoisme dan
kesalahan politik yang menjunjung tinggi suatu daerah dan meninggalkan daerah
lain. Kita tidak dapat mengelak akan hal
tersebut. ” Diskriminasi etnis dan kultur di indonesia: kultur indonesia
itu sebagian besar merupakan isolated culture yang jarang bersentuhan
apalagi bersinggungan dengan budaya lain, sehingga konflik budaya sangat jarang
terjadi, seperti juga konflik etnis, jika pun ada itu sebenarnya bukan karena
faktor etnisitasnya melainkan ada faktor lain seperti sengketa tanah, politik,
persoalan pribadi, dan sebagainya).” kesalahan yang terjadi yang di sampaikan saudara akbar tentang persoalan
yang memicu percerai-beraian Indonesia, sebagaimana ciri khas bangsa ini yang
seperti membuat blockade suku dan etnik budaya. Perihal pertikaian yang membuat
bangsa ini menjadi permusuhan antar etnikrasa memiliki akan suku dan individu
merupakan bagian dari suku, bahkan masalah individu menjadi masalah suku. Rasa
memiliki ke-sukuan dan ke-etnikan sekelompok dengan masalah individu dan ketidak
terimaan/gengsi dari masing-masing suku yang menimbulkan problema.
Keberhasilan bangsa
Indonesia akan multikulturalsme seperti yang di sampaikan dengan mengangkat
budaya sebagai sebuah pertunjukan atas sub-culture dari Indonesia sebagai
kesatuan bangsa. kesalahan pemikiran dari bangsa ini ialah minimnya pluralitas
perbedaan gaya bahasa yang di bawa oleh masing-masing suku etnis, perbedaan
logat ini terkadang menimbulkan kesalahanan dalam berpikir/beranggapan. Seperti
halnya perbedaan logat dari suku batak dan jawa. Ketika mereka saling
berkomunikasi menggunakan logat masing-masing etnis dengan bahasa nasional,
yaitu bahasa Indonesia, ketika di
ucapkan dengan intonasi batak terdengar berbeda dengan intonasi jawa yang
terdengar halus. Ketika masyarakat kurang memiliki pluralisme, hal inilah yang
akan menimbulkan permasalahan. Bangsa Indonesia begitu berhasil mempersatukan suku bangsa dan Negara
ini tidak lain hanyalah sepak bola, dimana dari berbagai suku dan budaya yang
memiliki keterampilan bersatu menjadi kekuatan, dan suku etnis kebudayaan
daerah sejenak luntur ketika menonton tim nasional Indonesia berlaga di kancah
asia apalagi piala dunia.
No comments:
Post a Comment